Semua pasti setuju
dengan teori bahwa pariwisata adalah salah satu industri yang
terbesar dan terpenting di planet ini karena mempekerjakan jutaan
orang dan keluarganya yang mengandalkan pariwisata demi kebutuhan
sehari-hari mereka. Mulai dari pekerja hotel, ticketing di kantor
tour agency, sampai para penjaga kawanan unta.
Ketika saya berada di
Jordania beberapa tahun lalu, ada satu akun penyayang binatang
mengingatkan saya melalui Twitter (@thebrooke) untuk sebaiknya tidak menggunakan
jasa keledai ketika mengunjungi Petra, sekilas saya membaca misi
mereka adalah menyelematkan binatang-binatang pekerja.
Di rumah kembali saya
membuka situs mereka and thanks to them, mata saya jadi terbuka
tentang binatang pekerja ini, seringkali kita mengacuhkan keberadaan
mereka bahkan menyiksa dengan ikut-ikutan membeli paket mengendarai
kuda, unta dan keledai.
Untuk berat badan manusia yang normal saja,
sudah berapa kalori seekor unta harus terbakar, tentunya tidak
sepadan dengan makanan dan perawatan yang diperolehnya dari sang pemilik, belum
lagi keledai-keledai yang cedera kakinya karena harus naik turun
jalanan terjal di Santorini, yup para turis bertumbuh tambun dengan
santainya naik ke punggung si keledai berwajah memelas, ini hanya
sekedar contoh saja.
Hewan pekerja lainnya yang tidak diperhatikan
kesejahteraannya pasti ada juga di depan mata kok, let s say delman
misalnya.
Binatang pekerja yang
dilakukan untuk membantu pekerjaan manusia seperti membawa barang
angkutan, membajak sawah, memang sepertinya kecil kemungkinan untuk
dilarang begitu saja karena pada hakikatnya binatang milik
perseorangan mengikuti hak pemilik yang bisa apa saja memperlakukan
mereka. Namun sebagai wisatawan sebenarnya kita dapat melakukan aksi
untuk tidak menggunakan jasa menaiki kuda, keledai, unta, gajah dan
hewan pengangkut lainnya, karena dengan melakukan aksi tersebut
paling tidak kita telah berupaya menyelamatkan binatang-binatang ini
dari kerja paksa, saatnya Animal Welfare semakin diperhatikan, paling
tidak mulai dari diri kita sendiri sebagai seorang pejalan.
Saya tidak munafik
mengakui pernah juga tertarik menggunakan jasa unta di padang pasir
di India, setengah berjalan saya pun minta turun, bukan saja rasanya
tidak nyaman duduk di punuk unta setinggi itu karena saya juga takut
ketinggian, dan duduk di atas punuk itu di atas kontur gurun yang
naik turun sungguh tidak menyenangkan, apalagi untuk binatang yang
saya tumpangi, pastinya lebih menyiksa lagi. So one time
experience was enough dan paling tidak saya telah menyadarinya
sekarang, better late than never.
Stop menggunakan jasa
gajah di Jaipur, India, menaikki keledai di Santorini, unta di Timur
Tengah, kuda di Bromo, apapun yang menggunakan hewan sebagai korban
nya.
Akuu pernah pake jasa kuda namanya Rejeki, tapi pergi terakhir kemarin ga pake jasa kuda lagi semoga penyewa jasa binatang dapat pekerjaan lain ya.
ReplyDeletedilema ya :(
DeleteIya dilema ..
DeleteTerkadang "menunggang binatang" menjadi "ke-khas-an" tempat wisata tertentu di Indonesia, misal kuda di Bromo, atau gajah di Way Kambas (meski sekarang sudah di stop)
anyway, perspektifnya menarik ...
Salam kenal
#eloratour
Setuju! Gw juga pernah bilang pas di Santorini untuk gak naik keledainya. Liat aja tangganya liku2 dan banyak banget, cuaca panas, masih harus nggendong turis....duh kesian banget! Tapi ada yang bilang klo itu gpp, dan penghasilan si pemilik ya dr keledai ini...huh! Gw rasa ini bukan alesan sih
ReplyDeletePenghasilan untuk pemilik yang gak meratiin kesejahteraan hewan peliharaannya, nah lho gimana dong tuh ya...
DeleteIc, thx buat self remindernya mba. Dan keinget dulu pas ke Bromo pernah nyobain naik kudanya, iya eh sereeem. Pas udah naik, nyesel karna takut hihihi. Tau gitu mending jalan aja tadi.
ReplyDelete