Another
Santorini post, wohooo! :) Iya, saya masih belum bisa move on dari
perjalanan kita ke Santorini di musim panas yang lalu, musim boleh
saja berganti namun kenangan menyusuri jalan naik dan turun di pulau
Santorini dipastikan akan berbekas selamanya.
( klik disini jika ingin membaca postingan mengenai Santorini yang lainnya )
Mungkin
benar apa kata orang : “some of the best moments in life are the
ones you cant tell anybody about“, alasan inilah yang membuat
saya menyimpan postingan ini lumayan lama berkeliaran di draft di
otak. Berjalan kaki dari Fira menuju Oia, dua kota besar di
Santorini, adalah salah satu itinerary sewaktu kami berada disana.
Niat saya untuk menaklukkan tracking route yang disebut-sebut sebagai
salah satu rute terindah di dunia ini disambut baik oleh suami saya,
karena biasanya dia yang membujuk-bujuk saya setengah mati supaya
saya mau tracking dengannya, tapi kali ini tidak perlu dibujuk pun
malah saya yang menawarkan diri.
Puluhan
artikel yang saya baca dari para travel blogger yang telah
memperkenalkan rute tracking ini membuat saya yakin akan keputusan
ini, foto-foto yang di upload mereka pun tidak membuat saya ragu.
12
kilometer rute dari Fira dan Oia kami tempuh selama 3 jam 20 menit,
diselang dengan banyak sekali berhenti untuk mengambil foto, beberapa
menit membeli minum di toko yang terakhir kita temui, jadi mestinya
jika jalan terus tanpa berhenti akan lebih cepat lagi, but hey bukan
itu tujuan awalnya, bukan untuk sampai di garis finish tercepat tapi
menikmati sepuas mungkin panorama yang dihidangkan di depan kami.
Kenapa
kami memulai dari Fira dan bukan dari Oia? Karena pada pagi dan siang
hari matahari akan ada di belakang kami dan teriknya bukan menyinari
wajah dan dada, ini sangat menguntungkan. Sinar matahari di Yunani
itu parah panasnya, akan mudah sangat terbakar karena teriknya.
Dengan
1 tas ransel yang dibawa suami saya berisi air botolan secukupnya,
dan sepatu tracking yang nyaman, tingkat kesulitan tracking ini masih
bisa dibilang basic, rute nya mudah diikuti mengikuti tepi bibir
pantai dan kaldera, dan papan penunjuk arah pun sangat mengakomodasi,
dipastikan tidak akan tersesat. Kalau lelah dan dirasa tidak sanggup
lagi untuk melanjutkan, jangan sedih;) Berjalanlah menuju jalan raya
dan ada bus umum dengan rute Fira – Oia atau kebalikkannya yang
rutin melewati jalan sepanjang kaldera.
Segala
sesuatu yang berhubungan dengan Santorini adalah indah, saya
benar-benar kesulitan menemukan hal yang membuat saya tidak suka
dengan pulau ini, kecuali mungkin ramainya turis dimana-mana seperti
di pusat kota Oia dan Fira, tapi dengan melakukan perjalalanan /
tracking dengan rute Fira – Oia ini saya seperti merasakan inilah
Santorini yang sebenarnya, alam dan keindahannya benar-benar dapat
kita nikmati sendirian tanpa harus berbagi dengan ribuan turis dan
tongsis mereka. Meskipun lelah dan kepanasan saat melakukan
perjalanan ini, tapi selalu ada bangunan gereja beratap yang dapat
dijadikan tempat berlindung sementara.
Melakukan
tracking Fira – Oia ini akan menibakan kita di 2 kota lainnya di
pulau Santorini, yaitu Firostefani and Imerovigli. Firostefani
sendiri bisa dibilang kampung perpanjangan dari Fira, sedangkan
Imerovigli sukses membuat saya memutuskan akan menginap di area ini
jika kembali ke Santorini lagi di kemudian hari. Imerovigli
disebut-sebut sebagai balcony of the island, arti kata nya sendiri
berasal dari kata 'vigla' yang berarti 'the view', posisi desa
Imerovigli adalah tepat di depan kaldera, konon dulu kala dari atas
desa Imerovigli, penduduk dapat melihat kapal bajak laut ketika
mendekat.
1
jam terakhir mendekati Oia, jalanan mulai sedikit terjal dengan
batu-batu merah yang adalah lava dengan kontur yang kasar dan tajam,
jika tidak hati-hati kulit bisa lebam dan terluka, area yang menurut
saya perlu kesabaran dan ektra hati-hati ini tidak seberapa
dibandingkan dengan keindahan Oia yang menanti di akhir perjalanan.
Tips:
Hanya ada satu tempat di sepanjang jalan untuk membeli air, sehingga
bawalah beberapa air botolan sebelum memulai perjalanan ini.
Biaya:
Gratis!
Waktu:
Antara 2 – 3 jam, kami menyelesaikannya dalam waktu 3 jam 20
menit, with a lot of stops of making pictures.
speechless....indah banget mbak feb! :')
ReplyDeleteSangat Prit ! :-)
DeleteSungguhhhh.. Indah banget ituuuu.. Mata jd seger sm mupeng pengen kesitu hehehe
ReplyDeleteaku pun mupeng, pengen balik lagi :)
DeleteKece bener, ntar bawa minum 1 galon biar ngak kekurangan minum hahaha
ReplyDeleteDuch mimpi bisa kesini, keren yaaaa. Mau ngafe ala2 disana
ha ha ha pakai pampers ya :)
ReplyDelete