Bajawa & Traditional Village Bena & Bela

Desa tradisional Bena

Yaay, another cold region in Flores. Somehow, aku senang sekali jika tiba di daerah yang temperatur nya lebih dingin dibandingkan kota-kota panas sebelumnya, berasa lebih segar  aja gitu. Another good place to self hibernate.

Tiba dari Bajawa langsung dari Moni, hebat juga kadang kalau mikir lagi, karena jarak yang lumayan tidak dekat dan kontur berbelok-belok dahsyat khas Flores Overland. 

Berangkat jam 9 pagi dari Moni, naik angkutan umum 3/4 sampai kota Ende, lanjut ojek dari terminal ke Endeu, dari situ lanjut lagi naik travel alias omprengan sampai depan penginapan di Bajawa sekitar pukul 3 sore. 

Dan ternyata kota Bajawa itu menyenangkan sekali saudara-saudara, selain udara yang agak dingin, disini banyak sekali rumah makan dan restoran, ada salon juga dan macam-macam toko elektronik, ah ATM juga banyak bangeth. Pokoknya semua kebutuhan kita saat itu terpenuhi lah ya.

Selama di Bajawa, aku dan suami tinggal di penginapan atau bisa disebut hotel kelas melati dengan nama Edelweis. Hotel yang menyenangkan, asri dan bersih, plus wifi gratis. Maklumlah, setelah 2 minggu belum pernah dapat wifi gratisan, bener-bener fakir koneksi deh pokoknya.  

Bajawa merupakan kota transit bagi wisatawan yang ingin mengunjungi desa tradisional Bena yang terkenal itu. Paket yang ditawarkan oleh hotel adalah dengan menggunakan ojek, paketnya dimulai dari jam 8 pagi sampai dengan 2-3 sore dengan biaya Rp. 150.000,- per ojek.

Dari hotel, sang supir akan menjemput dan membawa Anda ke desa tradisional yang pertama yaitu Bena, lalu lanjut menuju desa tradisional berikutnya yaitu Bela. Selesai mengunjungi kedua desa tsb, maka selanjutnya supir ojek akan membawa Anda ke air terjun dan mata air panas dingin. Mata air panas dingin ini worth a visit.

Desa tradisional Bela & Peninggalan Megalitikum

Sisi sisi kehidupan desa tradisional Bena

Mata air panas dan dingin, di sisi mata air hangat para penduduk lokal memanfaatkannya untuk mandi

Desa tradisional dengan latar belakang gunung berani