Monschau, Desa Jerman Penuh Rumah Balok Kayu di Pinggir Sungai Rur



Jerman identik dengan nama kota-kota besar seperti Berlin, Frankfurt atau Munich. Untuk menikmati suasana yang tenang, jauh dari sibuknya kota besar, pilihan mengunjungi desa-desa kecil khas Jerman yang menampilkan tradisi dan kesederhanaan tidak kalah menariknya. 

Terletak di lembah taman nasional Eifel, dan dialiri sungai Rur, desa Monschau tidak saja sangat terkenal di kalangan wisatawan lokal Jerman, tapi juga menjadi destinasi favorit para turis Belgia dan Belanda karena letaknya yang secara geografis berdekatan dengan kedua negara tetangga Jerman ini. Satu hari di awal musim panas, kami kembali mengunjungi Monschau, dari rumah dan sepanjang perjalanan cuaca cukup hangat sehingga jaket tebal kami lupakan, ternyata tiba di Monschau wah seperti winter saja, dingin, kabut dan karena kami datang kepagian semakin menggigil saja rasanya. Kami lupa Moschau kan lokasinya di bawah lembah, sejuk sudah pasti, dan betul saja jaket denim saya tidak bisa menghalau dingin sampai saya diberi sweater punya suami, lumayan membantu dan kami siap berjalan menyusuri Monschau yang indah.


Suara aliran sungai Rur menemani langkah menyusuri jalanan berbatu sambil mata dimanjakan dengan rumah berpalang kayu atau timbered house yang menjadi ikon desain bangunan tipikal Jerman. 
Balok kayu yang menyerupai kerangka rumah sebagai konstruksi bangunan lalu dicat warna warni kontras lengkap dengan balkoni. Saking uniknya, rumah-rumah berpalang kayu ini dibuat miniaturnya lalu dijual di toko-toko suvenir sebagai oleh-oleh para wisatawan yang datang berkunjung ke Monschau. Jadi kalau ditanya ada apa di Monschau, ya ini jawabannya, bangunan berbalok kayu yang mempesona.

Tercatat ada lebih dari 300 bangunan yang ada di Monschau yang masuk dalam daftar bangunan yang dilindungi, selain rumah berbalok kayu juga terdapat kastil Monschau yang terletak di atas ketinggian menghadap desa Monschau dan The Red House yang adalah bangunan rumah mewah milik Johan Heinrich Scheibler, produsen dan pedagang kain paling terkemuka pada saat itu. 
The Red House yang dalam bahasa Jermannya disebut Rotes Haus atau rumah merah, dinamai sesuai dengan warna cat bangunan yang kemerahan. Rumah ini sekarang berfungsi menjadi museum yang memiliki interior bersejarah penuh dengan semua fitur mewah dari gaya Rococo / Louis XV.   
Pada masanya Monschau adalah pusat produksi tekstil dan sangat berkembang pada abad ke 18 dengan memperkerjakan 6000 pekerja tekstil. Ketika industri tekstil berkurang di tahun 19an, pariwisata pun mulai tumbuh dan menjadi sumber utama pendapatan desa ini. Saat ini, Monschau memiliki populasi sekitar 14.000 penduduk dan didatangi tidak kurang dari 2.000.000 pengunjung setiap tahunnya.







Walaupun terkesan sederhana, desa Monschau yang dapat dengan mudah terhubungi dengan bus dari kota besar Aachen ini memiliki fasilitas yang nyaman, seperti tersedianya penginapan berbagai budget, toko roti khas Jerman, kedai kopi, toko suvenir dan juga restoran. 

Salah satu kuliner yang wajib dicoba adalah sup mustard atau Monschauer Senfcremesuppe, saya kepedean untuk mencobanya dan berakhir dihabiskan suami saya, untung dia pemakan segala karena saya sudah berusaha mencoba tapi ternyata masih belum sukses untuk suka :-)





Lets get social !!


No comments:

Post a Comment

Friends, Thank you so much for reading + supporting my blog, and for taking the time to leave me a comment.
Your comment support truly means so much to me.
Have a lovely day! xo, Jalan2Liburan

INSTAGRAM FEED

@soratemplates