Travelers Idola |
'
Siapa sih idola kamu yang berkaitan dengan dunia traveling? '
sering banget deh saya terima pertanyaan seperti ini kalau atau sesi
tanya jawab dengan media atau sekedar pertanyaan dari kawan. Orang pertama yang melintas di pikiran saya
tentunya ayah saya dong. Untuk yang baca buku Menghirup Dunia, pasti
akan ingat artikel saya yang bercerita mengenai beliau.
Mencari
idola di dunia traveling sebetulnya mudah saja ya, apalagi di dunia
sos med yang makin gencar seperti sekarang, traveler yang aktif
disana banyak dan kita bisa liat kiprahnya seperti apa begitupun gaya travelingnya. Biasanya
orang mengidolakan seorang traveler karena ya kiprahnya tersebut, dan
pastinya rata-rata terkenal karena sering muncul di media bahkan
profilnya dijadikan film juga banyak.
Atau
mau lebih filosofis, banyak juga yang memilih pendahulu-pendahulu
seperti Ibnu Battuta, Marcopolo, sampai Paul Theroux sebagai idola mereka.
Related posts:
1. My Travel Inspirations During the Worst Time of My Life by +Aggy F
We
are so blessed surrounded by a good friends who we could call them an
idols, orang yang menginsipirasi bukan karena jumlah negara yang
mereka telah mereka tempuh namun cara mereka menghargai arti
traveling itu sendiri dan ion positif yang disebarnya. Mereka tidak sibuk mencari popularitas di
sosial media, people hardly know them but of course we are glad we do !
Di circle kami sendiri ada beberapa kawan yang hobinya traveling dengan gaya seperti ini, sebut saja namanya J, terbang ke Auckland dari Brussels lalu memulai perjalanan menyusuri New Zealand, Australia, lanjut ke Indonesia dan Kuala Lumpur, Bangkok, Ayuthaya, Chiang Mai, Laos, Kamboja, Myanmar lalu pulang lagi ke Belgia dan kembali kerja menyimpan uang untuk trip gila mereka selanjutnya. Yup, dengan bersepeda tentunya !
Sosok dan kepribadian J jadi favorit kami berdua, sangat positif dimanapun ia berada, kalau jumpa senyum di bibirnya bisa sampai 7 cm dan berada disekitarnya terasa sekali aura itu. Beberapa trip terakhirnya mencuri itinerary kami ha ha ha, saya bilang mencuri karena sebenernya kami yang harus berangkat duluan, eh malah dia yang nyuri start, ha ha ha ini becandaan aja kok, sejujurnya malah kami senang sekali ia mengikuti itinerary yang kami buat.
Pesepeda yang lebih gila lagi ada juga, Nicole dan Ingrid, kalau ketemu mereka siapkan telinga untuk mendengar semua cerita seru yang pernah mereka alami. Mau tahu trip apa saja yang telah mereka lakukan?
- Bersepeda dari Belgia ke Cina di tahun 1990 sejauh 14.809 kilometer
- Bersepeda nonstop selama 4 tahun dari tahun 1994 - 1998 sejauh 71. 895 kilometer
- Tahun 2004 - 2010 bersepeda nonstop juga selama 6 tahun
Ketika saya tanya, trayek bersepeda yang paling sulit dilakukan adalah di benua Afrika dan negara yang menurut mereka paling ramah adalah Iran ! Yay, saya setuju banget dengan jawaban pertanyaan nomor dua itu!
Untuk pengalaman yang tidak bisa mereka lupakan adalah ketika berada di negara-negara diktator seperti Belarus, tiba di ketinggian 5200 m Everest Base Camp, mengalami yang namanya antara hidup dan mati ketika berada di Siberia yang saat itu dalam temperatur minus 55 derajat celsius.
Kalau dibikin film bisa dapat berapa sequel coba ? :-)
With bikes around the world
Dengar rencana orang lain mau keliling dunia udah bikin pusing aja ya, walaupun siapa saja bisa asal punya uang, waktu dan kemauan. Lah ini keliling dunia pakai sepeda pun, gimana ga bikin angkat topi kan, apalah kita yang baru urusan packing aja udah ngeluh, coba bayangin mereka yang harus genjot sepeda apapun rute yang dilalui, harus melalui bukit terjal, jalanan berbatu, truk ugal-ugalan, ah you named it lah! Di saat yang bersamaan mereka harus disiplin dengan jadwal dan itinerary rute yang telah disusun, tidak ada istilah berhenti untuk menyerah.Di circle kami sendiri ada beberapa kawan yang hobinya traveling dengan gaya seperti ini, sebut saja namanya J, terbang ke Auckland dari Brussels lalu memulai perjalanan menyusuri New Zealand, Australia, lanjut ke Indonesia dan Kuala Lumpur, Bangkok, Ayuthaya, Chiang Mai, Laos, Kamboja, Myanmar lalu pulang lagi ke Belgia dan kembali kerja menyimpan uang untuk trip gila mereka selanjutnya. Yup, dengan bersepeda tentunya !
Sosok dan kepribadian J jadi favorit kami berdua, sangat positif dimanapun ia berada, kalau jumpa senyum di bibirnya bisa sampai 7 cm dan berada disekitarnya terasa sekali aura itu. Beberapa trip terakhirnya mencuri itinerary kami ha ha ha, saya bilang mencuri karena sebenernya kami yang harus berangkat duluan, eh malah dia yang nyuri start, ha ha ha ini becandaan aja kok, sejujurnya malah kami senang sekali ia mengikuti itinerary yang kami buat.
J and his gf barang bawaan |
Pesepeda yang lebih gila lagi ada juga, Nicole dan Ingrid, kalau ketemu mereka siapkan telinga untuk mendengar semua cerita seru yang pernah mereka alami. Mau tahu trip apa saja yang telah mereka lakukan?
- Bersepeda dari Belgia ke Cina di tahun 1990 sejauh 14.809 kilometer
- Bersepeda nonstop selama 4 tahun dari tahun 1994 - 1998 sejauh 71. 895 kilometer
- Tahun 2004 - 2010 bersepeda nonstop juga selama 6 tahun
say hello to Nicole & Ingrid & supporting them saat mereka buka stand di Vacation Fair di Brussels |
Ketika saya tanya, trayek bersepeda yang paling sulit dilakukan adalah di benua Afrika dan negara yang menurut mereka paling ramah adalah Iran ! Yay, saya setuju banget dengan jawaban pertanyaan nomor dua itu!
Untuk pengalaman yang tidak bisa mereka lupakan adalah ketika berada di negara-negara diktator seperti Belarus, tiba di ketinggian 5200 m Everest Base Camp, mengalami yang namanya antara hidup dan mati ketika berada di Siberia yang saat itu dalam temperatur minus 55 derajat celsius.
Kalau dibikin film bisa dapat berapa sequel coba ? :-)
Road Trips & Charity
Call him D! Tahun
lalu D baru saja menyelesaikan perjalanannya ke Gambia, Afrika
melalui road trip dari Belgia. Perjalanan dengan mobil itu memakan
waktu 3 mingguan. Ia bergabung dengan komunitas pencinta mobil yang
setiap tahunnya melakukan road trip ke salah satu negara di benua
Afrika. Kalau biasanya komunitas pencinta mobil hanya gaya-gayaan on
the road, komunitas yang satu ini beda punya, tujuan mereka adalah
untuk aktifitas sosial. Jadi sistemnya seperti ini, setiap peserta
diminta membawa kendaraan bekas yang mereka biayai sendiri
pembeliannya, lalu dengan kendaraan tersebut berkendaralah mereka
ramai-ramai menuju negara tujuan tersebut. Sesampai disana,
kendaraan-kendaraan tersebut dijual di showroom lalu uang
penjualannya digunakan sebagai dana untuk pembangunan sarana sosial
bagi penduduk di pelosok Gambia yang membutuhkan.
D's picture, on route to Africa |
Keikutsertaan D untuk acara ini sudah lama kita dengar, segitu lama dia menabung
untuk beli mobil bekas yang kondisinya masih bagus, bahkan jualan waffle untuk menggalang
dana pembelian mobil tersebut. In the same time, ia pun harus
menyisihkan pendapatannya untuk dana lain seperti bensin selama
perjalanan, biaya sehari-hari berikut akomodasi selama road trip ,
juga biaya tiket one way untuk pulang kembali ke rumah.
Wheelchair Backpacker
‘Bagi orang lain, pergi ke negara antah berantah adalah definisi mereka keluar dari comfort zone, bagi saya menuju ke stasiun kereta api sudah merupakan cara saya keluar dari zona nyaman’ begitu kata Blandine yang bikin mata saya sudah mau ngembeng saja.Blandine terlahir sempurna sampai akhirnya harus menyerah akan penyakit yang menyebabkan kakinya menjadi lumpuh dan tidak bisa berjalan lagi. Kondisi yang demikian tidak membuat Blandine berhenti melakukan perjalanan, dengan kursi roda yang beratnya 180 kg itu Blandine telah berhasil melakukan 40 hari keliling Eropa nonstop ( terinspirasi dari 80 days around the world ).
Bahkan saat ini terakhir saya melihat travel blog nya telah menyelesaikan Australia, New Zealand bahkan sampai di Vanuatu.
Merinding lo mbak baca kisah-kisah travelers ini..Thanx for giving me another insight :)
ReplyDeleteA beautiful soul, mereka traveling untuk menghapus dahaga dan bukan popularitas :-)
Deletehuwaa seruu bener, jadi inget pernah ketemu kakek dan nenek pesepeda di Matamata, NZ. Mereka muterin NZ naik sepeda sambil sesekali naik bus juga sih untuk pindah kotanya dan seru banget bawaan mereka ga banyal loh.
ReplyDeleteLalu kalo aku sendiri sih traveler idolanya si Papah, emang sih sebagian besar perjalanannya untuk urusan kantor, tapi rasanya dia udah sampai ke semua provinsi di Indonesia kala itu plus dia itu orangnya suka banget ngobrol kan jadi ga susah buat dia mingle sama orang lokal, mulai dari diajakin supir angkot muter-muter kota lah, diajakin anak santri main ke pondok pesantren mereka di atas gununglah, seru-seru banget hahaha sampe ada ngeteng naik bis cuma bayar pake rokok cobaa :))
serius kak kalau iran itu paling ramah?? kok kesannya di media2 itu serem ya??
ReplyDeleteWahhhh keren banget yah, travelers idolanya kamu, Feb.. ampe terharu bacanya.. Walaupun belum ngerasain sepedaan yang jauh, tapi gua bisa bayangin sepedaan terus cuaca dingin, kena hujan.. Blandine keren ihh.. sayang blognya pake bahasa Prancis ya..
ReplyDeleteGilaaa keren2 banget pengalamannya.. Aku jujurnya ga terlalu ngikutin traveler dari luar negri mba.. Makanya aku baru tau ttg travellers di atas, setelah baca postinganmu ini.. Selama ini idolaku yg udh bikin aku tergila2 traveling, itu mba trinity :).. Stlh baca bukunya, dari situ aku rutin jalan2 dan mulai nulis blog. Sebelumnya boro2 mau kepikiran rutin jalan2 :p.
ReplyDeleteWhoaaaaa, habis baca ini dan langsung ikut mengidolakan traveler yang kamu tulis ini Kak Feb. Super inspiring. Kalau aku traveler idola sih salah satunya Kak Feb :* <3 xoxo
ReplyDelete