Hello everyone !
Saat ini kami sedang berada di Maluku, yup kami sedang mudik ke tanah air :-)
Saatnya Jalan2Liburan kembali diambil alih oleh postingan guest post. Kali ini saya berkolaborasi dengan Yudi Randa, pemilik blog www.hikayatbanda.com yang saya kagumi coretan-coretannya mengenai tanah rencong. Yudi memang berdarah asli Aceh, seluk beluk tradisi dan budaya pastinya dia pahami betul, setiap membaca blog Yudi, selalu ada saja ilmu baru yang saya dapatkan.
Untuk yang mau ke Aceh dan perlu info-info seru selama disana, pastikan menghubungi Yudi melalui situs pribadi nya atau sosial media ( Twitter dan Instagram ) dengan nama akun @Yudiranda , dia juga aktif di Google+ +Yudi Randa
* * *
Teluk Jantang |
Obrolan demi obrolan
mengalir begitu saja. Saya dan keluarga, bang Syafrizaldi dan
keluarga, duduk bersama dalam sebuah meja kecil di sebuah warung tak
jauh dari lapangan Blang Padang Banda Aceh. kami baru saja saling
mengenal. Tapi rasanya, seperti bertemu sahabat lama. Suasana
mengalir hangat. Anak-anak tertawa satu dan lainnya.
Sepintas ini semua biasa
saja. Akan tetapi bagaimana bila ternyata bang Al, sapaan saya untuk
bang Syafrialdi, adalah orang asli minang. Dan saya, asli Aceh.
“Yud, Aceh ini
cantik. Tapi kenapa harus yang negative yang berkembang diluaran?”
obrolan santai sehabis waktu magrib itu berubah menjadi sesuatu yang
serius. Istri bang Al, sepertinya juga tertarik dengan pernyataan
yang dilontarkan oleh sang suami. Saya dan istri hanya bisa saling
bertatapan. Bingung ingin mengomentari apa setelahnya.
“Kenapa selalu media
memberikan kabar yang ekstrem mengenai Aceh. mulai dari wajib jilbab
sampai hukuman cambuk. Mulai dari razia pacaran sampai kawin paksa.
Apalagi bila sudah berbicara syariat Islam. Seolah Aceh ini sudah
macam negera-negara arab! Padahal.. ah kamu lah yang lebih paham kan
Yud” Bang Al istirahat sejenak. Lalu mulai menyeruput minuman
manis yang sedari tadi ada di hadapannya.
Saya akhirnya paham, apa
maksud dan tujuan obrolan dari Salah seorang penulis yang tulisannya
paling sering nangkring di majalah National Geographic Traveler.
Ini bukan pertama kalinya, dan saya yakin, ini juga bukan yang
terakhir kalinya.
Jembatan Harapan Museum Tsunami Aceh |
Bu Kulah - Nasi yang dibungkus daun khusus untuk memuliakan tamu |
Gerbang Kuburan Belanda Terbesar di Indonesia |
***
Banyak para pelancong
yang datang ke Aceh itu sebagian besar adalah orang-orang nekat.
Mereka memutuskan untuk menjelajahi Aceh karena ingin menggenapkan
seluruh perjalanan keliling Indonesia-nya. Mungkin, bila Aceh tidak
menjadi bagian dari negera kesatuan Indonesia, belum tentu para
pelancong dalam negeri akan berani bermain ke provinsi yang bergelar
serambi mekkah ini.
Aceh memang ibarat gadis
cantik yang terlalu sering diperebutkan oleh berbagai kalangan.
Setiap kali pinangan itu tertolak, maka rasa sakit hati yang
berbicara. Jadilah image negative yang terlontar dengan sempurna dari
corong-corong media. Pun, begitupun sebaliknya. Saking cantiknya,
terkadang dia lupa diri. Kalau umurnya tak lagi semuda gadis lagi
yang perlahan bermunculan dalam ranah per-indonesiaan.
#mulaiNggakJelas
Bicara Aceh, tidak
selamanya kita bicara ganja. Walaupun ladang ganja terbesar di
Indonesia pernah ditemukan di Aceh. tapi tahukah kalian, kalau
sebagian besar orang Aceh kini tidak lagi menjadi pengguna ganja
layaknya bob marley? Tidak ada Rastafarian di Aceh, walaupun ganja
sempat menjadi salah satu komoditi “unggulan” dari Aceh selain
gas alam cairnya.
Daerah paling barat
Indonesia ini, bisa dikatakan sebagai daerah yang cukup konservatif
perihal agama. Maklum saja, awal mula masuknya agama islam di
nusantara ini ya, dari ujung barat Sumatra. Aceh! Akan tetapi bukan
dengan serta merta kalian mengecap kalau orang Aceh itu kolot,
pecinta cambuk, dan pembenci non muslim. Tidak, sama sekali tidak
benar.
Memang, ketika Belanda
menyerang Aceh di abad ke 19, perang yang berkobar di Aceh adalah
perang Agama. Ini karena Belanda menjalankan sebuah taktik perang
yang konyol. Yaitu membakar masjid raya Baiturrahman Banda Aceh.
Masjid kebanggaan masyarakat Aceh yang dibangun oleh sultan yang juga
paling dicintai oleh orang Aceh. Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam.
Masyarakat Aceh, sama
seperti masyarakat Indonesia lainnya. Kami orang Aceh, sebagian besar
beretnis melayu. Tak jauh beda dengan masyarakat Belitong, Riau,
Padang, Medan, dan daerah Kalimantan yang juga ada beretnis melayu.
Penduduk etnis lainnya tetap hidup damai dengan etnis dominan. Hampir
bisa ditemukan etnis thionghua dalam setiap sudut pasar tradisional
di Aceh. perbedaan Agama, tidak pernah menjadi sebuah komoditi yang
suka dibicarakan oleh orang Aceh di warung kopi. Melainkan, kami
lebih menyukai membahas masalah politik dan obrolan remeh-temeh
lainnya. Karena, yang menarik dari orang Aceh itu ya, politiknya.
****
Susah mandi laut di Aceh
terutama buat kalian yang tidak berjilbab? Isu murahan ini memang
menjadi permasalahan paling kronis hari ini di Aceh. padahal, para
petualang wanita mulai tumbuh bak jamur di musim hujan. Mulai pergi
sendirian, sampai gerentongan seperti ingin menghadiri arisan. Lalu,
langkah mereka berhenti hanya sampai Medan. Tidak berani melanjutkan
ke Aceh.
Secara de facto, Aceh
memang menjalankan syariat islam sejak jaman kesultanan dahulu. Lalu,
baru dituangkan ke dalam undang-undang atau lembaran daerah, baru
pada awal tahun 2000. Kala itu, Aceh masih dalam keadaan konflik.
Sampai kini, syariat islam yang sebenarnya sudah menjadi adat serta
budaya orang Aceh tetap berjalanan sebagaimana biasanya. Tidak
disibukkan oleh peraturan-peraturan yang terkadang lebih banyak unsur
politiknya daripada unsur kebaikan hidup orang banyak.
Sehabis perang dan
konflik yang resmi berakhir pada tanggal 15 agustus 2005, setahun
setelah tsunami, para petualang muda mulai berdatangan. Itu pun masih
dengan muka pucat pasi. Takut ditembak kalau ke Aceh. Dor!!
Sunrise di Pulau Nasi - Aceh Besar |
Tapi, tahukah kalian,
bahwa konflik ternyata berimbas kepada keasrian alam Aceh? Konflik
yang berkepanjangan membuat hutan Aceh terjaga sempurna. Tidak ada
yang berani naik ke gunung kecuali ada ijin dari kedua belah pihak.
Tidak ada yang berani bermain ke pantai-pantai tersembunyi, karena
sebagian besar pesisir pantai digunakan untuk menglansir senjata.
Lalu, ketika semuanya berlalu dengan damai, tinggallah semua keasrian
itu untuk kalian semuanya, para pecinta seni keindahan alam yang
masih perawan.
Mandilah di laut Aceh
dengan sesuka hati. Di Pulau Sabang, para turis bisa bebas menikmati
alam bawah lautnya. Asalkan anda sopan, maka kami pun akan segan.
Karena intinya, setiap tempat yang ingin ditapaki, maka disitulah
langit dijunjungi.
Aceh kini berbeda dengan
Aceh yang dahulu sering bersuara desingan peluru dan mortar. Aceh
kini bukan lagi Aceh yang selalu mensuarakan ganja dan Rastafarian.
Aceh kini, menjadi sebuah cerita terbaru dalam setiap detik
travelling. Mulai dari Pulau Weh dengan pantai iboih nya yang bening,
sampai kepada keunikan kumpulan pulau di Pulau Banyak Aceh Singkil.
Kota Takengon |
Museum Kapal Apung - Aceh |
Bahkan, bila ada ingin
menghilang dari peredaran dunia maya, Pulau Nasi dan Pulau Beras bisa
menjadi opsi pilihan yang menarik. Tempatnya dekat dengan ibukota
Provinsi, akan tetapi minim sinyal. Walaupun demikian, kedua pulau
ini tidak minim pemandangan yang eksotik!
Lantas, alasan apalagi
yang menjadikan anda ragu untuk mengenal Aceh lebih dekat? Alibi
apalagi yang diperlukan untuk mengingkari Aceh sebagai salah satu
tujuan destinasi yang menantang bagi anda yang berjiwa petualang? Ke
Aceh, Berani?
By yudi randa
Keren kaliiih ini postingan. Jadi teracuni deh. Beneran kerasa cantiknya tanah rencong di sini. Save alamatnya ya. Makasih! :)
ReplyDeleteAceh yg ada di otak gw cuman 1 "GANJA" hahahaha #Suka
ReplyDeleteSaya justru penasaran dengan takengon mbak, pernah lihat foto teman disana... danaunya cantik di bawah gunung
ReplyDeleteBerarti Aceh sekarang aman yaw kak? pingin tuh ke Aceh, suatu saat pingin berkunjung ke O Km dan Pulau Weh yang Wah, kedengarannya saja cantik
ReplyDeleteAlhamdulillah aman mas Anis.
Deleteyeeee thanks ya Mbak.. semuanya, ditunggu di aceh ya? :)
ReplyDelete[sigh]... ga kebilang kangennya aku ama Aceh mas.. 18 thn di Arun, lhokseumawe, aceh udh kyk rumahku yg sebenernya... walopun aku bukan org aceh. Masih trauma sih ama peristiwa GAM dulu, secara bbrp teman dan orangtua temanku ada yg dibunuh ama mereka.. dan sampe skr, aku takut bgt ngeliat senapan laras panjang. Tapi tetep aja, aku kgn aceh, pgn kesana lagi, tp sayangnya suami ga mau... dia walopun blm prnh nginjakin kaki di aceh, tp kyknya lbh takut dr aku gara2 masalah GAM dulu :( makanya ampe skr ga prnh bisa balik lg ke aceh krn suami blm izinin
ReplyDeleteUdah pernah main ke semuanya, kecuali ke pulau2nya. Setelah khatam jelajah gili di Lombok Timur, sepertinya pulau nasi dan pulau beras menarik juga. Tapi kapan ya ke sana lagi hehehe :) *kodebanget*
ReplyDelete