Jika seorang Alexander the Great pernah berkata : "Everything I have heard about Samarkand is true, except it is even more beautiful than I imagined", lalu apakah saya tidak keterlaluan untuk tidak mengaminkan pernyataanya?
.
Supir taksi yang dikirimkan oleh penginapan yang saya tinggali selama di Samarkand sibuk menjelaskan mengenai kota kelahirnya ini ketika kami diantarnya menuju penginapan, bahasa Rusia bercampur bahasa Inggris sekenanya, sisanya lebih banyak menggunakan bahasa tubuh, sungguh saya sama sekali tidak paham apa yang dibicarakan, kecuali dia menyebut beberapa nama negara yang seingat saya tampil satu grup dengan Rusia di piala dunia yang lalu...Ahh akhirnya saya yakin kalau si supir sedang membahas euphoria piala dunia di Brazil itu.
Dengan semangat menggebu dan percaya diri tinggi dia yakin sekali bahwa Rusia akan menang di grup H yang kebetulan harus bersanding dengan Belgia di grup tersebut.
Walaupun sudah dari tahun 1991 Soviet berpisah dan Republik Uzbekistan pun terbentuk, rakyat setempat masih mengelu-elukan sosok Uni Soviet.
Dengan semangat menggebu dan percaya diri tinggi dia yakin sekali bahwa Rusia akan menang di grup H yang kebetulan harus bersanding dengan Belgia di grup tersebut.
Walaupun sudah dari tahun 1991 Soviet berpisah dan Republik Uzbekistan pun terbentuk, rakyat setempat masih mengelu-elukan sosok Uni Soviet.
Keriuhan suara supir yang tidak hentinya mengoceh disertai udara panas di dalam mobil tua merek Lada yang diubah menjadi taksi jadi-jadian menemani perjalanan selama kurang dari 30 menit dengan tujuan kota tua Samarkand. Saya memilih penginapan ala guest house yang terletak hanya 5 menit berjalan kaki menuju Registan - icon kota Samarkand. Destinasi seperti ini lebih menyenangkan jika bisa tinggal bersama dengan orang lokal dan menikmati kesederhanaan mereka.
Seorang anak muda membukakan pintu dan memperkenalkan namanya Umid yang ternyata adalah adik dari pemilik guest house, sepintas dia terlihat normal namun belakangan saya dapat melihat bahwa Umid sedikit lemah dibanding anak seusianya. Mungkin dia lemah secara fisik, tapi di mata saya Umid seperti malaikat yang kerap mengingatkan saya untuk bersyukur.
Bahasa Inggris nya lancar dan memiliki service of excellent yang tinggi untuk para tamu yang menginap di rumah milik keluarganya. "Apa arti nama Umid sebenarnya? Kamu bukan orang pertama yang bernama Umid yang saya jumpai" tanya saya. "Hope!" jawabnya singkat.
Dari 2 hari reservasi yang saya miliki di guest house ini, akhirnya saya perpanjang 1 hari lagi, bukan hanya karena kota Samarkand ternyata sangat besar untuk dijelajahi namun saya ingin bermalas-malasan di taman guest house yang sangat cozy sambil membaca buku atau sekedar ngobrol dengan para tamu lainnya yang juga tak kalah menyenangkan. Well, sometimes you just need a day and relaxing without any itinerary.
Tidak banyak tamu saat itu, tapi lumayan lah untuk bisnis rumahan seperti guest house ini.
Ada pria tua asal Prancis bergaya hippies yang traveling kemana-mana dan Iran adalah salah satu negara favoritnya, lalu ada pria muda dari Moskow yang open minded, ada seorang wanita muda campuran Prancis Belanda yang akhirnya menjadi travel partner saya sampai ke Khiva. Dan yang tak terlupakan hadirnya tamu bayi berusia 1 tahun yang ikut mama papa nya sampai ke Uzbekistan dari negeri Belanda.
Semua lengkap satu paket, lupakan status traveler vs turis jika berada di tengah-tengah mereka.
Sebelum saya tiba di Uzbekistan, saya sempat bertanya ke seorang kawan, kalau ada 1 atau 2 hari ekstra, lebih baik dimana saya menghabiskan waktu tsb, Samarkand atau Bukhara? Ya, Samarkand atau Bukhara selalu menjadi pertanyaan seperti hal nya Paris atau London. Keduanya mungkin bisa dibilang mirip but still sometimes you have to choose one and not both.
Seorang anak muda membukakan pintu dan memperkenalkan namanya Umid yang ternyata adalah adik dari pemilik guest house, sepintas dia terlihat normal namun belakangan saya dapat melihat bahwa Umid sedikit lemah dibanding anak seusianya. Mungkin dia lemah secara fisik, tapi di mata saya Umid seperti malaikat yang kerap mengingatkan saya untuk bersyukur.
Bahasa Inggris nya lancar dan memiliki service of excellent yang tinggi untuk para tamu yang menginap di rumah milik keluarganya. "Apa arti nama Umid sebenarnya? Kamu bukan orang pertama yang bernama Umid yang saya jumpai" tanya saya. "Hope!" jawabnya singkat.
Dari 2 hari reservasi yang saya miliki di guest house ini, akhirnya saya perpanjang 1 hari lagi, bukan hanya karena kota Samarkand ternyata sangat besar untuk dijelajahi namun saya ingin bermalas-malasan di taman guest house yang sangat cozy sambil membaca buku atau sekedar ngobrol dengan para tamu lainnya yang juga tak kalah menyenangkan. Well, sometimes you just need a day and relaxing without any itinerary.
Tidak banyak tamu saat itu, tapi lumayan lah untuk bisnis rumahan seperti guest house ini.
Ada pria tua asal Prancis bergaya hippies yang traveling kemana-mana dan Iran adalah salah satu negara favoritnya, lalu ada pria muda dari Moskow yang open minded, ada seorang wanita muda campuran Prancis Belanda yang akhirnya menjadi travel partner saya sampai ke Khiva. Dan yang tak terlupakan hadirnya tamu bayi berusia 1 tahun yang ikut mama papa nya sampai ke Uzbekistan dari negeri Belanda.
Semua lengkap satu paket, lupakan status traveler vs turis jika berada di tengah-tengah mereka.
Sebelum saya tiba di Uzbekistan, saya sempat bertanya ke seorang kawan, kalau ada 1 atau 2 hari ekstra, lebih baik dimana saya menghabiskan waktu tsb, Samarkand atau Bukhara? Ya, Samarkand atau Bukhara selalu menjadi pertanyaan seperti hal nya Paris atau London. Keduanya mungkin bisa dibilang mirip but still sometimes you have to choose one and not both.
Registan Square adalah jantung kota Samarkand, Registan sendiri artinya tempat yang berdebu, tepat sekali dengan faktanya, sangat berdebu karena sedang ada renovasi di plataran depan Registan.
Ada 3 madrasah yang mengelilinginya : Ulugh Beg, Tilya Kori, Sher-Dor.
Ulugh Beg madrasah yang tertua, dibangun pada tahun 1417 pada masa kekuasaan Amir Timur/Tamerlane.
Dengan bermodalkan tiket masuk dengan jumlah yang tidak seberapa, para pengunjung dapat melihat ruangan di dalam masing-masing madrasah yang sayangnya sekarang hanya digunakan sebagai toko-toko suvenir dengan barang jualan yang rata-rata sama.
Polisi korupsi di Uzbekistan bukan cerita rahasia lagi, banyak polisi yang mestinya menjaga area Registan menggunakan kesempatan untuk meminta uang kepada wisatawan dengan dalih setiap foto harus membayar. Jangan percaya dengan teori itu, lawan kalau perlu.
Registan dibuat segitu sempurna demikian juga dirawat dengan sangat baik, tapi entah mengapa kurang gregetnya dibandingkan beberapa bangunan lain yang tinggal sisa-sisa puing seperti Bibi-Khanum Mosque. Sisa-sisa mesjid cantik ini dibangun sejak abad ke 15 dan diberi nama seperti nama istri Amir Timur. Pada masa nya kubah mesjid Bibi-Khanum ini disebut-sebut sebagai kubah mesjid terbesar di dunia Islam.
Ada 3 madrasah yang mengelilinginya : Ulugh Beg, Tilya Kori, Sher-Dor.
Ulugh Beg madrasah yang tertua, dibangun pada tahun 1417 pada masa kekuasaan Amir Timur/Tamerlane.
Dengan bermodalkan tiket masuk dengan jumlah yang tidak seberapa, para pengunjung dapat melihat ruangan di dalam masing-masing madrasah yang sayangnya sekarang hanya digunakan sebagai toko-toko suvenir dengan barang jualan yang rata-rata sama.
Polisi korupsi di Uzbekistan bukan cerita rahasia lagi, banyak polisi yang mestinya menjaga area Registan menggunakan kesempatan untuk meminta uang kepada wisatawan dengan dalih setiap foto harus membayar. Jangan percaya dengan teori itu, lawan kalau perlu.
Registan dibuat segitu sempurna demikian juga dirawat dengan sangat baik, tapi entah mengapa kurang gregetnya dibandingkan beberapa bangunan lain yang tinggal sisa-sisa puing seperti Bibi-Khanum Mosque. Sisa-sisa mesjid cantik ini dibangun sejak abad ke 15 dan diberi nama seperti nama istri Amir Timur. Pada masa nya kubah mesjid Bibi-Khanum ini disebut-sebut sebagai kubah mesjid terbesar di dunia Islam.
Gradasi warna biru, turquoise dan hijau menghiasi kota Samarkand |
Salah satu ruangan makan favorit saya, warna pink mendominasi. Disinilah makam Kusam ibn Abbas, sepupu Nabi Muhammad SAW. |
Mengunjungi galeri rakyat lokal di area Registan, di galeri2 seperti ini sering ditemukan hidden gem lukisan-lukisan cantik dengan harga yang reasonable |
Menu ini bernama Ploy, atau Plov, rasanya seperti nasi semur dengan cita rasa tambahan khas Uzbekistan seperti daun dille. |
Minum teh di salah satu kedai kopi langganan selama kami di Uzbekistan. Look at that view. |
Mr & Mrs Jalan2Liburan :D |
Wahh jadi tau arti Umid = Hope :D Bagus yah namanya :D
ReplyDeleteIya bener, emang paling enak klo lagi ngetrip gitu trus ada waktu ut leyeh2.. Indah bgt dunia..
Batik nya cakepp, Fe :D Eh.. Dipake orgnya jadi makin cakep.. :)
*pengsan lihat mozaic & gaya arsitekturalnya*
ReplyDeleteapik bangetttt!!!
OMG...aku ngerasa liat batik yg ditempelin di dinding dan kubah mesjid ^o^.. Cakeep bangetttt
ReplyDeleteAipy : Iya cakep ya arti namanya, sepertinya nama Umid nama favorit orang di Uzbekistan :)
ReplyDeleteFahmi : Aku masih belum upload cerita mengenai Khiva dan Bukhara nih, lebih cihui lg karena ga banyak renovasi. Di Samarkand justru terlihat seperti banyak touch up sana sini.
ReplyDeleteFanny : Pilihan warna tiles nya apik yah, apalagi kubahnya..
ReplyDeleteMasjidnya beneran cantik ya. Btw, tehnya rada-rada bening gitu ya?
ReplyDeleteCafenya namanya apa mbak? Mau nyobtek ngeteh di situ jg
ReplyDelete