Welcome in Uzbekistan



Andijan menjadi kota pertama yang saya singgahi di Uzbekistan, tiba dengan berjalan kaki, ransel 14an kilo di punggung, melintasi perbatasan imigrasi kedua negara, Kyrgyzstan dan Uzbekistan. Ritual keimigrasian selalu bikin perut dan hati gak enak, terlebih imigrasi darat di negara yang namanya nyaris tidak terdengar. Was was untuk sesuatu yang sebenarnya gak perlu, toh dokumen saya lengkap dan tidak ada barang haram di dalam tas saya, tapi tetap saja seandainya cerita bisa dibuat semudah itu.

Polisi dengan senjata lengkap membukakan portal sehingga saya bisa masuk, “assalamualaikum” salam saya, wajahnya yang kaku membalas salam dan meminta paspor milik saya dan suami, dibolak baliknya lembar demi lembar halamannya, entah apa yang dia cari. Lalu polisi pertama pun menyilahkan kami masuk ke dalam ruangan seadanya, nampak loket dengan antrian ibu-ibu dan rentetan anak-anak kecil. Staff di balik loket mengusir dengan halus group ibu dan anak-anak itu dan menyuruh kami untuk maju terlebih dahulu ke depan loket, apa karena mereka ingin terlihat ramah terhadap turis atau karena grup tadi belum lengkap dokumen2 mereka? Entahlah, kami ikutin saja perintahnya. Proses keimigrasian Kyrgyzstan ternyata mudah, bisa dimaklumi karena kami keluar dari negara mereka tepat waktu.

Dari loket Kyrgyzstan kami berjalan 300 meter menuju loket imigrasi Uzbekistan, sepanjang 300 meter dimana saya dan suami gak percaya kalau langkah perjalanan kami selama ini akhirnya menibakan kami sampai sejauh ini. Kyrgyzstan ada di belakang kami dan Uzbekistan di depannya. Sungguh kami ingin berpelukkan saking terharunya, tapi rasanya gak bijaksana jika kami melakukannya disini, berpegangan tangan saja enggan. Tapi sungguh kami sangat terharu sekaligus bangga.



Ritual yang sama seperti sebelumnya kembali harus dijalani, mulai dari disambut oleh polisi bersenjata lalu dipersilahkan menuju ke loket yang kosong. Tidak ada satu katapun yang terucap dari bibir si staff imigrasi, 3 - 7 menit menunggu lalu diberikannya kembali paspor hijau saya, gak ada pertanyaan apalagi ucapan selamat datang, oh well ini kan bukan Brussels Airport.
Kantor keimigrasian Uzbekistan ini mengingatkan saya akan kantor kelurahan di desa-desa di Indonesia, ruangan besar dengan jendela tanpa gorden, lebih banyak staff daripada tamu untuk dilayani. poster anti korupsi ditempel di setiap dinding.

Apakah usai distempelnya paspor lalu kami boleh keluar dari ruangan untuk melanjutkan perjalanan? Tentu tidak. Selanjutnya adalah melaporkan berapa uang yang kami bawa dan menuliskannya di double form yang tersedia, untung saja kami sudah menyiapkan dengan detil berapa jumlah uang yang ada, karena perjalanan ini adalah rangkaian perjalanan kami dari negara Polandia, Georgia, Armenia, Turki, Kyrgyzstan, kebayang kan semua uang kecil sisa dari perjalanan itu wajib kami catat. Belum lagi Euro, Dollar dan sisa-sisa uang Rupiah yang selalu ada di dompet suami saya walaupun jumlahnya gak seberapa. Kami belum mempunyai uang Uzbekistan Som karena mata uang tersebut tidak mungkin didapati di luar negara Uzbekistan.
Formulir di stempel dan wajib disimpan sampai saat keberangkatan meninggalkan Uzbekistan, sepucuk surat yang kayaknya ngalahin surat berharga apapun. Jika surat itu sampai hilang, uang yang kami miliki wajib diserahkan di keimigrasian saat meninggalkan negara Uzbekistan. Atau ya kalau mau ribet bisa juga melaporkan ke kantor polisi untuk proses nya, but trust me you dont want to make a contact with any police in this country.

Proses tidak selesai sampai disitu untuk bisa keluar melangkah bebas di negara Uzbekistan, kami masih harus membongkar barang bawaan kami di depan para staf imigrasi, mereka sebenarnya tidak perduli dengan baju, tapi lebih mencecar barang2 elektronik, album photo di iPhone saya dilihat, kamera juga. Untung saja foto-foto keriaan di Bali sudah saya hapus dari iPhone, yang tersisa hanya foto-foto di Kyrgyzstan saja. Saya sudah mengatisipasi karena membaca beberapa blog pengalaman para pejalan lainnya yang berhubungan dengan foto dan memory card. Betul saja, mereka bolak balik menanyakan apakah saya membawa USB atau memory card lainnya. Saya pikir Amerika negara yang paling paranoia, ternyata Uzbekistan lebih parah.
Syukurlah proses panjang keimigrasian Kyrgyzstan menuju Uzbekistan ini boleh berakhir, dan we cant wait to explore this land! Oh Uzbekistan, after all of these, you d better beautiful hah!



13 comments:

  1. Duuuh kok di komputer saya gak kebaca ya, gelap euy, background-nya hitam semua. Besok baca lagi. Penasaan.

    ReplyDelete
  2. Emang kenapa Fe diperiksa sampe segitunya? Jadi penasaran.. Btw, tiap baca Uzbekistan dipikiran lgsg terpikir cewe2nya yg aduhaii kece dan cakep2 bgt :) Thank you GSP :)

    ReplyDelete
  3. Lina : xixixi ok Lin, mungkin masalah dengan koneksi

    ReplyDelete
  4. Aipy : Peraturan nya memang sperti itu dan kita masuk dari perbatasan negara yang pernah bermasalah sama Uzbekistan, jadi agak curiga kali ya :-))

    ReplyDelete
  5. Semua orang di periksa isi foto2nya? fiuh.. tapi seru yah hahaha

    ReplyDelete
  6. Mila : Duh Mil, basically karena mereka ga ada kerjaan aja Mil, maklum gw masuk dari border negara tetangga yang pernah perang tuh kan yah,udah gitu jarang ada terus, semacam kepo jg...Kl tiba di ibukota sih gak gitu2 amat keknya :)

    ReplyDelete
  7. I can't read your posts, but I find your photos from Uzbekistan fascinating! That's what place I really REALLY want to visit. I hope you'll post a few more! :)

    - Audrey

    http://thatbackpacker.com/

    ReplyDelete
  8. ribet bingiit ya imigrasinya :D Sejarahnya tiap kali ditanya bawa uang brp, kyknya aku ga prnh jujur2 amat deh mba..di sana beneran harus detil ampe ke sen-sennya gitu?

    ReplyDelete
  9. Hallo Audrey,
    I m about to translate this post in English :-)

    ReplyDelete
  10. Fanny : Iya 1 sen pun harus di claim, lumayan ketat dan gak flexibel imigrasi disana, ikuti aja namanya pendatang :-)

    ReplyDelete
  11. Wah wah repot juga ya mesti nyatetin satu2 uang yang dibawa ... :-o

    ReplyDelete
  12. @Timothy berasa lagi time travel to the past :))

    ReplyDelete
  13. pernah lihat di sebuah program traveling di tipi, di uzbekistan, orang indonesia & malaysia dapat sambutan lebih "hangat" dari masyarakat lokal & pemerintahnya. karena jaman dulu bung karno pernah berkunjung kesana & memprakarsai renovasi makam imam al bukhari.

    ngalamin sambutan hangat itu juga nggak kak?

    aku jatuh cinta dengan negara2 asia tengah, negara2 bermarga "tan" hahaha

    ReplyDelete

Friends, Thank you so much for reading + supporting my blog, and for taking the time to leave me a comment.
Your comment support truly means so much to me.
Have a lovely day! xo, Jalan2Liburan

INSTAGRAM FEED

@soratemplates