Dari
20an orang Indonesia yang saya tanyakan apakah destinasi top yang
ingin dikunjungi di Yunani, jawabannya tidak jauh dari Santorini dan
Santorini, Athena ada di peringkat berikutnya. Dari gambar dan cerita
di kalendar, majalah dan media lainnya memang Santorini bagaikan
magnet yang merenggut perhatian terutama kaum wanita yang
mengharapkan surga impian yang romantis.
Ketika
saya tunjukkan foto2 Meteora kepada mereka, satu reaksi dan tanggapan
nya : 'wow, dimana ini? apa namanya?'
ya
kurang lebih seperti itu.
Sebenarnya
tanggapan mereka sama seperti saya ketika 7 tahun yang lalu suami
saya menceritakan mengenai Meteora, terima kasih kepadanya satu ilmu
geografis saya bertambah, ternyata masih ada Meteora, Mykonos, Creta,
Thessaloniki, Corfu, Rhodes, Delphi, dan kota/pulau lainnya di negeri
Yunani.
Jika
suami saya merasa bahwa dia adalah seorang yahudi pada kehidupan
sebelumnya, maka rasa-rasanya saya adalah seorang wanita Yunani di
kehidupan saya sebelumnya. I
mean look at those Greek Goddess
, gaun panjang berwarna khaki atau putih dengan potongan dada rendah,
rambut ikal panjang sebahu dihiasi mahkota yang terbuat dari bunga
kering berwarna merah jambon, kulit yang terbakar matahari tanpa make
up, ah saya mampu berlama-lama membayangkan kecantikannya, bagi saya
deskripsi secara fisik seorang wanita yang cantik harus lah seperti
mereka.
Berbagai
cerita mengenai Yunani dan bagaimana masing-masing kita
mengvisualisasikannya dengan imajinasi yang ada di kepala.
Kami
beruntung bisa kembali mendaratkan kaki ini di dataran Yunani, masuk
melalui perbatasan darat imigrasi dengan negara Albania.
Kali ini saatnya mengeksplor bagian lain dari Yunani, saya
menyampaikan bahwa sangat ingin melihat Meteora dan suami saya pun
mengabulkannya. Untuk sampai di Meteora, kami harus tiba di kota yang
menjadi semacam kota transit, ada 2 kota yaitu Kalambaka dan Trikala.
Kalambaka menjadi pilihan kami untuk memulai pertualangan di Meteora.
Dari
pihak hotel di Kalambaka, mereka memberikan peta dan jadwal shuttle
bus menuju Meteora, sialnya saat kami berada disana tidak ada shuttle
bus karena bukan musim liburan, kalau saya bilangnya sial namun
justru sebaliknya untuk suami saya yang langsung membayangkan trail
track dan kenikmatannya tracking menuju Meteora..oh
man, I know i m just an Indonesian girl who prefer an easy
transportation if there s one.
Make
the story short, jadilah kita berdua berjalan dan menanjak menuju
Meteora yang bisa dihitung kurang lebih 13 kilometer untuk pulang
pergi dari Kalambaka. Panorama spektakuler, desis angin dan cicitan
suara burung membuat saya lupa kalau tracking bukan aktifitas favorit
saya, padahal aksesnya mudah saja. Entah bagaimana para
biarawan-biarawati pada abad ke 9 silam dapat membuat biara-biara
yang kata nya berjumlah lebih dari 20 itu, bagaimana dengan akses
mereka menuju ke bukit-bukit tinggi itu, pengadaan air nya, dan
segala teknis lainnya.
Saat
ini para biarawan-biarawati telah dimudahkan dengan kehadiran teknologi,
jika mereka ingin turun ke bawah atau menuju biara lainnya, tersedia
elevator berupa tali dan kotak yang bisa dinaikki, voila sampailah
mereka ke biara di puncak seberang.
Kehidupan mereka pun lebih modern, para biarawan dapat mengendarai kendaraan, seperti saat kami menjumpai sekitar 12 biarawan yang sepertinya baru saja menyelesaikan acara kumpul2 di salah satu monastery. Salah satu dari mereka memulai pembicaraan dengan kami walaupun hanya sebatas hallo dan apa kabar, dilanjutkan dengan dari mana kami berasal, jauh dari kesan mereka yang tertutup dan menyeramkan.
Dari 6 monasteries yang terdapat di Meteora, The
Great Meteora adalah yang tertua dan terbesar dari biara Meteora
lainnya, pengunjung dapat mengagumi lukisan-lukisan dinding yang
indah di dalam gereja utama itu, menjelajahi gudang anggur, mengagumi
ikon agama langka dan manuskrip yang dipamerkan di museum atau
mengunjungi sakristi di mana terdapat tulang-tulang dan tengkorak
dari mantan penghuni biara, tengkorak-tengkorak tersebut disusun menumpuk pada kayu rak.
Things to know about Meteora:
Bukti arkeologis menunjukkan bahwa komunitas pertapa telah tinggal di daerah itu sejak abad ke-10 di dalam gua-gua yang menawarkan perlindungan sempurna dari dunia luar, saya bahkan masih bisa melihat cekungan dan celah dari Meteora.
Pada akhir abad ke-19, seiring penggerebekan bandit dan tentara Ottoman mendorong sebagian besar biarawan dan biarawati untuk meninggalkan Meteora dan banyak harta biara yang disita oleh pasukan Ali Pasha.
Biara-biara pun rusak dan dibiarkan terbengkalai, kesedihan Meteora pun tidak berakhir saat Ottoman meninggalkan Meteora, pada tahun 1920 dimana para peziarah mulai kembali ke Meteora, kedamaian mereka kembali lagi terganggu oleh hadirnya tentara Jerman Yunani selama Perang Dunia Kedua dan Perang Yunani yang selanjutnya Sipil akhir 1940-an. Restorasi dan renovasi dimulai pada tahun 1960 dan biara-biara di Meteora dibuka kembali untuk umum karena mereka bergantung pada pariwisata untuk memenuhi kebutuhan.
How to reach Meteora:
Berkat sistem kereta api yang baik di Yunani, perjalanan menuju ke Meteora menjadi cukup mudah.
Jika Anda tiba di Athena dengan pesawat dan ingin mendapatkan ke stasiun kereta Anda dapat mengikuti langkah-langkah mudah:
- Gunakan Metro (Athens Airport Station - Biru line) menuju Stasiun Larissa.
- Tiket untuk metro dari bandara: 8 Euro.
- Cek di peta rute Metro dan carilah arah menuju stasiun Larissa.
- Dari stasiun Larissa, lanjutkan perjalanan menuju stasiun kereta Kalambaka.
keren bangunan di atas tebing gitu :o
ReplyDelete@Wisnu : Iyahh, biara di atas tebing dan jumlahnya gak hanya 1 :-)
ReplyDeletekalo kata anak2 sekarang: paraaaah..! hahaha..
ReplyDeletegila, pasti terasa magis banget ya di sana, kak Feb? bangunan2 yg nyantol di tebing2 batu gitu..!
kalo penginapannya di tebing2 gitu juga nggak?
trus, berapa jam perjalanan kereta dari Athena ke Kalambaka? (eh kok sekilas Kalambaka ini kalo diucapin mirip 'ke alam baka' ya.. hohoho...)
Sukaaaa <3
ReplyDeleteBerapa taon lalu aku liat foto Meteora somewhere in Internet n bertekad harus kesana one day.
So happy you made it there, Kak :D
Vira : Iyaahh Vir, bilang wowwww gitu mulu pas disana, misterius gimana gitu ya, udah gitu waktu itu kan lg sepi bener, jadi berasa area Meteora punya kita berdua doang plus biarawan biarawati nya :)
ReplyDeletedari Athena kurang lebih 5 jam jalan darat Vir ke Kalambaka....
@Debbie : Harussss Debbb, desa2 Yunani itu emang wajib dieksplor dgn waktu yg agak lama :-)
ReplyDeleteHarus ke Yunani lagi! Masih banyak island2 kecil utk ditelusuri dan tentunya ke Meteora juga! So beautiful!
ReplyDeleteHiihhhhh, baca ini aku lgs buka rekening tabungan khusus Eropa...Kapan cukupnya iniiiii...
ReplyDeletejadi, bulan2 sepinya itu kapan aja kak?
ReplyDeletecari makan gimana di sana? (detil amat nanyanya ya, pdhl punya tiket ke sana aja belom..hahhaha).. abis kayaknya sepi banget, kalo laper malem2 kan susah cari indomie kornet..
@Aggy bengethhh, PR banget nih desa2 Mediterania kudu di explore :-)
ReplyDelete@Fanny : Haiyaaa Fan ayoo cuss balik ke Yurep :-)
ReplyDelete@Vira : Vir, Yunani lumayan hangat kalau spring dan autumn, dimana gak ada musim liburan anak2 pula. Gw rasa musim2 itu ok bgt buat jalan2 ke Yunani yang overland, let s say bulan Mei - Juni dan September - November. Kalau pulau2nya kudu ceki2 jadwal feri, karena summer timetable beda di lain musim.
ReplyDeleteMakan bawa pop mie aja hahah gak deng, banyak kok warung ala greek fast food gitu, atau biasanya ala2 kebab turki...
Ohh myy.. Kerenn bangett.. Dan aku pun baru tau ada tempat sekeceee inihhhh.. Makasih Fe, jadi bertambah juga nih geografi.. Superb!!!
ReplyDeleteSama2 @Aipy, it s my pleasure :-)
ReplyDeletedari abad ke 10 pula ya mbak. gile... kalau kayak aku yg orang awam ini, lihat biara dibangun di atas bukit batu gitu rasanya nggak habis pikir mbak :D
ReplyDeletedan kebayang aja jaman dulu mana ada sih equipment untuk bikin bangunan, semua serba manual
DeleteWah saya jadi pengen tuh gan ke Meteora tapi untuk tiketnya pasti mahal ya?
ReplyDeletewah ceritanya sangat menggugah hati, terimaksih ya
ReplyDeleteYaampun ku ingin sekali ke yunani atau negara-negara eropa lainnya, tapi khawatir di tengah pandemi seperti ini dan kondisi pekerjaan yang menumpuk membuat ku harus menungguu
ReplyDelete