Cengkeh - Flora Identitas Maluku



 



Maluku tidak akan diberi nama 'spice island' jika tidak ada cengkeh dan pala yang dihasilkan, dan kemungkinan juga penjajah tidak akan pernah menjajah Indonesia jika tanah air kita tidak memiliki kedua rempah-rempah yang harganya pernah sama seperti emas. 

Saya bersyukur kala itu tiba di tanah Ambon saat rakyatnya merayakan panen cengkeh, rempah legendaris ini sampai saat ini memang memegang peranan penting perekonomian, walaupun harga per kilo nya sangat menyedihkan. 


Oma Tuhuleruw yang tinggal di kampung Hative Besar setiap pagi terlihat mengeringkan kiloan bunga cengkeh yang dimilikinya, setelah cengkeh menghitam karena dijemur berminggu-minggu di bawah sinar matahari, barulah cengkeh tersebut bisa dijual di pasar.
 Kadang cengkeh-cengkeh tersebut disimpan nya lebih lama lagi sampai harga cengkeh di pasaran agak sedikit lebih tinggi, tapi lain ceritanya jika beliau memerlukan uang, mau tak mau dengan berat hati dijualnya cengkeh tersebut seberapapun harganya. 

Janda dari kepala raja kampung Hative Besar ini dengan adil membagi cengkeh-cengkeh tersebut kepada cucu-cucu nya masing masing beberapa kilo, sang cucu dengan bahagia menerima pucuk bunga cengkeh yang masih segar, mereka harus membersihkan puluhan kilo cengkeh itu setiap hari dan melakukan ritual penjemuran. Rutinitas itu dilakukan dengan sukacita karena banyaknya cengkeh berarti banyaknya uang yang kelak akan mereka terima.






Cengkeh hasil tanam di Maluku memiliki kualitas tinggi karena pada dasarnya cengkeh baik ditanam di daerah yang memiliki iklim panas dengan curah hujan cukup merata dengan suhu optimal adalah antara 22-30 derajat celcius. Angin yang terlalu kencang tentunya dapat merusak tanaman, demikian juga dengan kemarau panjang. 






No comments:

Post a Comment

Friends, Thank you so much for reading + supporting my blog, and for taking the time to leave me a comment.
Your comment support truly means so much to me.
Have a lovely day! xo, Jalan2Liburan

INSTAGRAM FEED

@soratemplates