France's
Hidden Gem
Prancis
tak selalu haruslah Paris walaupun Paris nyatanya identik dengan
Prancis, Paris has quite a haughty sense of self-importance, still
you cant help but love it. Sebagai salah satu negara terbesar di
Eropa, memang sulit menentukan pilihan harus mulai darimanakah
mengeksplor negara yang satu ini, bagi sebagian wisatawan yang
memiliki waktu terbatas, berada hanya di Paris tidak bisa
mendeskripsikan betapa ragamnya estetika keindahan yang ditawarkan
oleh negara asal Napoleon Bonaparte ini.
Transportasi
untuk mengunjungi Prancis dari utara ke selatan dan timur ke barat
bukan penghalang, kereta nasional dan low cost airlines siap
mengakomodir para wisatawan, atau dengan sewa mobil bisa juga
dijadikan solusi, kontur jalanan baik itu jalan-jalan di pedesaan, di
atas pegunungan dan high way nyaris sempurna dan tanpa lubang. Belum
lagi pemandangan sepanjang jalan yang 'almost heaven', sebelah kiri
kanan mata memandang hanyalah hektaran kebun anggur, kebun bunga
matahari sampai dengan kebun rapeseed yang menguning dengan indahnya.
Tak
heran banyak selebritis papan atas menginvestasikan properti milik
mereka di daerah bagian selatan atau barat dari Prancis, sebut saja
pasangan Angelina Jolie dan Brad Pitt yang disebut-sebut memiliki
properti di Aix-en-Provence, dilaporkan di tanah milik mereka itu
tertanam paling tidak 13 jenis tanaman, dikelilingi 20 air mancur,
hidden tunnels dan danau.
The
Enduring Mystique of Le Mont St Michel
Sebagai
destinasi ungggulan negara Prancis, tiap tahunnya Le Mont St Michel
ramai dikunjungi bukan saja wisatawan luar Prancis, tapi penduduk
lokal dari propinsi-propinsi lainnya kerap mendatangi cagar budaya
Internasional ini.
Le
Mont Saint Michel adalah sebuah daerah di Normandi, berbatasan dengan
Bretagne dimana yang menjadi tujuan utama para wisatawan adalah pulau
kecil yang dikikis dari karang raksasa dimana terletak gereja dan
monastery.
Letak
lokasi yang hampir menyerupai Tanah Lot di Bali memang unik punya,
sebagian bangunannya berada di antara pinggir lautan dan daratan.
Dari
desa dengan jarak kurang lebih 5 kilometer sebelum tiba di Le Mont St
Michel, telah terlihat dari kejauhan sosok bangunan menyerupai kastil
yang megah,ditambah lagi suasana pagi itu yang masih berkabut di
kejauhan semakin tampak terlihat lebih mistik lagi. Nampak sesekali
kawanan sapi dan petani yang sibuk bekerja di ladang tak jauh dari Le
Mont St Michel.
Jalanan
luas beraspal sengaja dibangun untuk menghubungkan Le Mont dengan
daratan terdekat demi memudahkan kunjungan wisatawan, tempat parkir
mobil yang dipatok perjam penyewaannya memang laris manis, karena
untuk mendekat ke Le Mont hanya bisa diakses dengan berjalan kaki
saja, walaupun demikian tersedia juga free shuttle – kendaraan yang
menggunakan tenaga...diperuntukkan untuk para pengunjung yang segan
untuk mengayuh kakinya untuknya berjalan.
Sesampainya
di pintu masuk....akan dijumpai papan pengumuman yang terpampang pada
setiap harinya informasi kapan waktu untuk meninggalkan Mont St
Michel, dimana di waktu tersebutlah air akan diperkirakan pasang atau
naik ke daratan, jika air telah pasang, maka mau tak mau kita tak
bisa meninggalkan tempat tersebut. Pada ketibaan saya di tempat
tersebut, saya membaca bahwa para pengunjung yang sedianya hanya
melakukan tour setengah hari, kiranya
dianjurkan untuk meninggalkan Le Mont pada pukul jam 4 sore.
Berdasarkan
sejarahnya, Le Mont dibangun pada tahun 709 oleh Uskup Aubert dari
Avranches yang mendapatkan penglihatan serta nubuat untuk membangun
bangunan untuk para biarawan di sebuah pulau karang terpencil di
tengah laut. Namun pada abad ke 19, fungsi gereja ini berubah menjadi
penjara. Untuk
itu maka di sekeliling pulau tersebut dibangun tembok-tembok tebal
yang tinggi menjulang. Karena itulah, saat ini para turis bisa
menemukan corak arsitektur dengan dominasi gaya religius di bagian
atas, sementara di bagian bawah gaya arsitekturnya lebih terkesan
kokoh layaknya kebanyakan bangunan militer Eropa di abad pertengahan.
Untuk
menuju sampai di gereja Mont Saint Michel, para pengunjung harus
melewati kota tuanya terlebih dahulu, kontur jalan kecil sempit yang
menanjak dengan gang yang berkelok-kelok terasa begitu misterius
ditambah lagi saat saya berada disana, gerimis hujan tidak berhenti
sebentarpun.
Di
balik gagahnya dinding-dingin tinggi yang tebal itu, ternyata kota
kecil ini sangatlah cozy dan menyenangkan, deretan resto yang
menawarkan menu khas Prancis, toko suvenir yang banyak menjual
cenderamata khas Le Mont St Michel seperti tas kain bergambar
bangunan ciri Le Mont, magnet kulkas, beragam kartu pos,
lukisan-lukisan pop art yang sangat unik sampai dengan
pedang-pedangan dan kostum tentara pada abad....Sebagai pencinta seni
vintage, sungguh saya sangat dimanjakan berada di kota mungil ini.
Belum lagi beragam tampilan papan nama dari toko dan resto tersebut
yang dibuat tergantung dengan gambar dan tulisan warna warni.
-MUSEUM
Torture-
Setelah
melewati jalanan yang menanjak dengan anak tangga batu yang berjumlah
ratusan, sampailah saya di pintu masuk gedung utama dari bangunan
Abbaye di mana setiap pengunjung yang ingin memasuki komplek Abbaye
diharuskan membayar tiket sebesar 9 Euro untuk pengunjung dewasa.
Rombongan wisatawan yang datang secara berkelompok nampak sangat
ramai mengantri, untung saja untuk para wisatawan yang datang secara
individual memiliki antriannya sendiri dan nampak sangat sepi.
No comments:
Post a Comment
Friends, Thank you so much for reading + supporting my blog, and for taking the time to leave me a comment.
Your comment support truly means so much to me.
Have a lovely day! xo, Jalan2Liburan