Jika membayangkan kota Melbourne, maka yang langsung ada di benak saya adalah seni grafiti dan tren kedai kopi di seantero kota ini. Jelas ketika akhirnya kami memutuskan untuk berlibur ke Sydney dan Melbourne di akhir tahun 2016 kemarin, maka agenda pertama yang ada di itinerary adalah mengunjungi sebanyak mungkin kedai kopi di Melbourne, kota yang saya yakini akan membuat saya jatuh cinta walaupun belum pernah kesana sebelumnya.
Ternyata pemikiran prematur saya itu memang benar ketika saya sampai di Melbourne, belum juga check out kami sudah membuat planning baru yaitu rencana mengunjungi kembali Melbourne dan tinggal dengan durasi lebih lama.
Melbourne itu seperti kota cantik Eropa yang terpisah dari benua asalnya, gang kecil yang kumuh disulap menjadi tempat nongkrong yang asyik, dinding-dinding diberi ijin untuk dihiasi dengan gambar-gambar, dan orang lokalnya selama kami disana tanpa diminta tolong tiba-tiba mendatangi kami dan bertanya apakah kami tersesat, such a sweet gesture.
Bicara mengenai tren ngopi-ngopi, kota ini memang biangnya sampai dianugerahi dengan sebutan The Capital of Coffee Culture Down Under, dan banyak barista dari kedai kopi Melbourne yang menjadi pemenang berbagai perlombaan barista tingkat dunia, ditambah dengan kota yang nyaman ini semacam perpaduan yang membuat Melbourne memang kota yang asik buat ngopi-ngopi.
Related Post :
Coffee Culture Trend in Melbourne |
Kalau dilihat ke belakang sebenarnya Australia tidak pernah menjajah negara-negara penghasi kopi di Afrika seperti banyak negara Eropa sehingga trend ngopi di Eropa memang bukan trend baru. Australia memang bukan pemain lama di dunia perkopian, mereka mulai piawai membuat secangkir kopi yang enak itu sejak banyaknya imigran yang datang dari Italia dan Yunani ( Melbourne adalah rumah bagi komunitas Yunani terbesar di dunia serta menjadi kota dengan penduduk yang berbahasa Yunani terbesar di luar Yunani ) dan menetap di Australia dengan membawa segambreng budaya yang mereka punya seperti kuliner dan budaya minum kopi. Sejak saat itulah orang Australia meninggalkan kopi instant dan beralih ke espresso, dan pada tahun 50an banyak tea room atau tempat nge-afternoon tea berubah menjadi kedai kopi.
Kedai kopi di Melbourne sendiri demi menjual suasana, membuat kedai mereka dengan beragam tema, ada yang seperti urban jungle, bohemian, white and clean seperti Nordic, apapun tema yang diusung tetap rasa kopi yang enak yang menjadi prioritas.
Banyak situs yang membuat daftar kedai kopi terbaik di Melbourne, dari banyaknya daftar tersebut, yang kerap kali muncul adalah : Patricia, The League of Honest Coffee, Brother Baba Budan, Dukes Coffee Roasters, Marketlane, dan masih banyak lagi, so why dont you try!
Patricia - Marketlane - Brother Baba Budan |
Dan untuk kamu mau serius belajar mengenai kopi saat traveling ke Melbourne, disana banyak sekali program tour yang dibuat orang lokal yang berpengalaman, ini salah satunya : http://walkmelbourne.com.au/tours/coffee-lovers-walk/
masukin dulu ke list :D.. mudah2an sebelum paspor yg sekarang expired, visa aussie bisa nempel :D.. ada 1 temenku yg bnr2 penyuka kopi mbak, dan dia bolak balik ke melb cuma untuk ngopi doang :D ..jd penasaran ama kopi2nya
ReplyDeleteha ha ha sayangnya visa Aussie udah gak ditempel di paspor lagi sekarang, paperless :-)
DeleteEnak mana kopi di mrlbourne sama kopi Toraja mbak?
ReplyDeletedi Melbourne lebih ke ilmu 'know how to brew' aja sih mbak, untuk kopi mereka tetap impor kopi dari Indonesia, Afrika dan negara lain penghasil kopi.
Delete