Eksibisi Korban Perang Waterloo, 200 Tahun Lalu




Seperti yang saya tulis di postingan sebelumnya jika tahun ini tahun ke 200 sejak perang Waterloo terjadi, oleh karena itu banyak sekali eksibisi dan event yang berhubungan dengan itu diadakan di Waterloo dan sekitarnya.

Dari sekian banyaknya acara yang diadakan, salah satu yang akhirnya bisa saya hadiri adalah eksibisi yang menampilkan penanganan secara medis para korban perang, baik itu pihak kawan atau pun lawan. 
Lokasi eksibisi ini luar biasa sekali deh, tepat diadakan di lokasi yang sama seperti 200 tahun yang lalu dimana pertolongan pertama terhadap korban-korban itu dilakukan, yaitu di dalam gereja Saint Etienne, yang disulap menjadi ruang gawat darurat. 

Saint Etienne Church bisa dibilang salah satu ikon perang Waterloo terletak di kota Braine-l'Alleud (bahasa Belanda nya : Eigenbrakel).
Gereja dengan design gothic ini dibangun pada abad ke 18, dan merupakan saksi bisu pertempuran Napoleon Bonaparte dan ke 7 koalisi negara lawannya. 





Pada sebuah lembaran informasi berbahasa Inggris yang saya baca diceritakan bagaimana situasi dan keadaan yang terjadi mulai hari sabtu tanggal 17 Juni, sehari sebelum perang terjadi, saat itu cuaca diceritakan sedang hujan deras, dan keesokan harinya yaitu pada hari Minggu tanggal 18 Juni langit pun kembali cerah, jam 9 pagi para tentara masih duduk minum-minum di penginapan di kota Braine. Jam setengah 12 siang, suara kanon dan  letupan senapan api mulai terdengar, beradu dengan suara terompet perang telah dimulai.

Lembaran deskriptif mengenai apa yang terjadi 200 tahun lalu itu seperti fragmen yang menarik untuk diikuti, puluhan ribu kuda yang ditunggangi para ksatria tidak takut mati siap membela tanah airnya.
Dan pastinya Saint Etienne yang saya pijak tidak setenang dan seteduh seperti yang terjadi 200 tahun lalu, malah bisa dibilang tempat ini neraka walaupun pada faktanya ini bangunan gereja yang disucikan, bagaimana bukan neraka jika ratusan korban perang yang kehilangan kaki, kehilangan tangan, sedang bertahan hidup di tempat ini, pastinya dengan medikasi yang seadanya, lupakan morfin atau pil penghilang rasa sakit, mungkin mereka berharap mati saja. 

Senjata yang pernah digunakan dalam Perang Waterloo




Kebanyakkan korban yang didatangkan untuk diselamatkan adalah pasukan milik Napoleon, bisa dibilang mereka pasukan musuh, tapi warga setempat bergotong royong menolong siapapun mereka, tidak perduli musuh sekalipun. 

Lukisan yang dibuat menggunakan cat air menggambarkan situasi yang sesungguhnya, gerobak kayu yang biasa digunakan untuk bertani oleh rakyat setempat berubah fungsi sebagai ambulance manual. 



Di dalam ruang eksibisi juga ditampilkan alat-alat kedokteran yang sangat sederhana, ada gergaji untuk memotong tulang, sekrup untuk menyatukan tulang, kain steril, sampai ke buku milik Dokter Jossart yang ditulis tangan berisi resep obat-obatan herbal. 



Eksibisi ini sekilas menyeramkan, tapi itulah yang terjadi, perang selalu berakhir seperti ini bukan?







5 comments:

  1. perang, memang miris mbak Fabiola, akan tetapi, perang merupakan sebuah "bisnis" yang sangat menjanjikan. Saya merasakan konflik aceh sedari kecil. baru sekarang ngerasain gimana yang namanya damai :)

    ReplyDelete
  2. Solidaritas warga sana benar - benar hebat, tentara musu yang terluka juga ikut ditolong, tidak dibiarkan saja. Salut banget

    ReplyDelete
  3. serem euy liat lukisan yang menggambarkan kondisi perang :|

    ReplyDelete
  4. ngilu ngebayanginnya ya mba :(.. dr gbr lukisannya aja udh brasa suasananya dulu itu gmn... aku ga bisa bayangin peralatan dokter yg sederhana bgitu dipake utk operasi para prajurit yg luka :(

    ReplyDelete

Friends, Thank you so much for reading + supporting my blog, and for taking the time to leave me a comment.
Your comment support truly means so much to me.
Have a lovely day! xo, Jalan2Liburan

INSTAGRAM FEED

@soratemplates