Border Between Costa Rica and Nicaragua |
Cerita di balik perjalanan melewati perbatasan 2 negara melalui jalan darat selalu seru jika diceritakan kembali, apalagi untuk kita pemegang paspor RI, rasanya ada saja dramanya, tapi ya anggap saja bumbu dari suatu perjalanan yang membuat cerita jadi semakin menarik, it s about the journey after all :)
Cerita berikut terjadi ketika saya bersama suami menyusuri perbatasan negara Costa Rica menuju Nicaragua melalui jalan darat. Tipikal traveling di Amerika Latin memang kebanyakkan lewat darat, nyebrang ke negara tetangga nya juga lewat darat.
Siang itu bus umum yang membawa kami dari La Cruz, Costa Rica menuju Almirante, Nicaragua yang adalah 2 kota tetangga beda negara.
Semua penumpang bus wajib turun dari bus untuk mengurus dokumentasi keimigrasian, ada 2 loket yang harus kita lewati.
Yang pertama adalah menuju loket keimigrasian Costa Rica untuk menginformasikan bahwa kita keluar dari negaranya & stempel di paspor sebagai legalisasinya.
dan loket yang kedua adalah loket keimigrasian negara Nicaragua.
Immigration counter of Costa Rica, in the border with Nicaragua |
Dengan percaya dirinya saya menuju loket imigrasi Nicaragua ini, toh saya sudah punya visa Nicaragua yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar Nicaragua di kota saya tinggal. Antrian loket ramai sekali, staf imigrasi walaupun banyak terlihat di belakang loket tapi kerjanya sepertinya lelet, saya jadi keingetan imigrasi di Indonesia juga, jadinya saya sudah biasa dengan pemandangan seperti itu.
Sampailan antrian tiba di jatah saya, halaman paspor saya dibolak balik entah apa yang dicari. Visa Nicaragua saya sepertinya jelas banget deh disitu.
Beberapa menit saya berdiri di depan loket, menunggu staff itu bertanya kesana kemari, sepertinya ada issue yang membuat dia tidak berani untuk mengambil keputusan untuk segera memberi stempel di paspor saya.
Si imigrasi ini tidak bisa sama sekali berbahasa Inggris dan bahasa Spanyol suami saya juga dasar banget, jadilah kita sama-sama bengong. Di saat itulah ada bocah laki yang tiba-tiba datang di hadapan saya, bocah laki berusia sekitar 10-12 tahun ini membantu kami untuk menterjemahkan apa yang diminta oleh si imigrasi ini.
Entah darimana datangnya bocah ini, tapi buat kami dia sosok malaikat.
Sampai kemudian saya diarahkan untuk menuju ruangan kantor si boss yang mirip banget sama kantor kelurahan. Saya menghadap si kepala imigrasi ini di kantor nya, gak yakin dia lagi ribet kerjaan juga sih, sepertinya sok sibuk saja.
'Buat fotokopi visa USA kamu dan berikan ke saya kembali kopiannya!'
HAH? asli saya bengong, lah wong saya masuk negara Nicaragua, kenapa juga minta nya visa Amerika coba, sungguh saya gak abis pikir, sampai saya mengulang lagi takut salah dengar:
' visa? USA? or Nicaragua?'
'No! I said USA!'
Di paspor saya memang ada visa USA yang masih berlaku, kebetulan dari trip Amerika Latin ini kita akan melanjutkan perjalanan ke New York dan Los Angeles. Lah tapi apa hubungannya sama rencana kita untuk masuk ke Nicaragua kan?
Dasar imigrasi yang aneh gerutu saya, akhirnya keluarlah lagi kita dari ruangan si kepala imigrasi ini, suami saya yang pergi mencari toko yang bisa melayani fotokopi sementara saya menjaga 2 backpack kita di kantor itu sambil ngadem.
Sebagai bayangan, situasi perbatasan 2 negara ini seperti terminal bus yang sangat luas dan tidak terawat, yang ada hanya antrian truk-truk besar, udara panas sekali dan berdebu, fasilitas yang sangat minim.
Dan sementara itu, kita juga sedang diburu waktu karena ada jadwal kapal ferry yang harus kita kejar.
Saya menunggu hampir setengah jam sampai suami saya kembali lagi, untungnya kali ini dia membawa fotokopian yang diminta si kepala imigrasi dodol ini. Suami saya datang dengan tergopoh-gopoh karena toko yang bisa fotokopi ternyata jauh sekali, muka nya seperti udang rebus saking merahnya.
Kembali lagi kami ke ruangan kepala imigrasi itu tadi, too bad bahasa Spanyol saja hanya sebatas un, dos, tres, padahal saya sudah niat mau ngelawan kalau dia minta macam-macam lagi.
Dan finally saya melihat dia membuka laci dan stempel, dan cekrek akhirnya distempel juga paspor saya, tanda bahwa saya diijinkan untuk masuk ke negaranya.
Pengalaman seperti ini sungguh disayangkan, Nicaragua termasuk salah satu negara miskin di Latin Amerika tapi apa yang diperbuat staff imigrasi mereka membuat turis jadi mikir dua kali untuk mengunjungi negara mereka, which is sebenarnya mau buang-buang uang di negaranya kan ya.
Padahal saat saya berkunjung ke Kedutaan Besar Nicaragua di Brussels, staf nya ramah-ramah sekali, dengan antusias mereka bukan saja mengurus visa turis saya tapi juga sampai memutarkan video mengenai pariwisata negara mereka.
Oh well, sometimes it s really about the journey and not the destination...
Sampailan antrian tiba di jatah saya, halaman paspor saya dibolak balik entah apa yang dicari. Visa Nicaragua saya sepertinya jelas banget deh disitu.
Beberapa menit saya berdiri di depan loket, menunggu staff itu bertanya kesana kemari, sepertinya ada issue yang membuat dia tidak berani untuk mengambil keputusan untuk segera memberi stempel di paspor saya.
Si imigrasi ini tidak bisa sama sekali berbahasa Inggris dan bahasa Spanyol suami saya juga dasar banget, jadilah kita sama-sama bengong. Di saat itulah ada bocah laki yang tiba-tiba datang di hadapan saya, bocah laki berusia sekitar 10-12 tahun ini membantu kami untuk menterjemahkan apa yang diminta oleh si imigrasi ini.
Entah darimana datangnya bocah ini, tapi buat kami dia sosok malaikat.
Sampai kemudian saya diarahkan untuk menuju ruangan kantor si boss yang mirip banget sama kantor kelurahan. Saya menghadap si kepala imigrasi ini di kantor nya, gak yakin dia lagi ribet kerjaan juga sih, sepertinya sok sibuk saja.
'Buat fotokopi visa USA kamu dan berikan ke saya kembali kopiannya!'
HAH? asli saya bengong, lah wong saya masuk negara Nicaragua, kenapa juga minta nya visa Amerika coba, sungguh saya gak abis pikir, sampai saya mengulang lagi takut salah dengar:
' visa? USA? or Nicaragua?'
'No! I said USA!'
Di paspor saya memang ada visa USA yang masih berlaku, kebetulan dari trip Amerika Latin ini kita akan melanjutkan perjalanan ke New York dan Los Angeles. Lah tapi apa hubungannya sama rencana kita untuk masuk ke Nicaragua kan?
Kepala Imigrasi Nicaragua yang ada duduk di dalam ruangan di pojok sana. |
Dasar imigrasi yang aneh gerutu saya, akhirnya keluarlah lagi kita dari ruangan si kepala imigrasi ini, suami saya yang pergi mencari toko yang bisa melayani fotokopi sementara saya menjaga 2 backpack kita di kantor itu sambil ngadem.
Sebagai bayangan, situasi perbatasan 2 negara ini seperti terminal bus yang sangat luas dan tidak terawat, yang ada hanya antrian truk-truk besar, udara panas sekali dan berdebu, fasilitas yang sangat minim.
Dan sementara itu, kita juga sedang diburu waktu karena ada jadwal kapal ferry yang harus kita kejar.
Saya menunggu hampir setengah jam sampai suami saya kembali lagi, untungnya kali ini dia membawa fotokopian yang diminta si kepala imigrasi dodol ini. Suami saya datang dengan tergopoh-gopoh karena toko yang bisa fotokopi ternyata jauh sekali, muka nya seperti udang rebus saking merahnya.
Kembali lagi kami ke ruangan kepala imigrasi itu tadi, too bad bahasa Spanyol saja hanya sebatas un, dos, tres, padahal saya sudah niat mau ngelawan kalau dia minta macam-macam lagi.
Dan finally saya melihat dia membuka laci dan stempel, dan cekrek akhirnya distempel juga paspor saya, tanda bahwa saya diijinkan untuk masuk ke negaranya.
Pengalaman seperti ini sungguh disayangkan, Nicaragua termasuk salah satu negara miskin di Latin Amerika tapi apa yang diperbuat staff imigrasi mereka membuat turis jadi mikir dua kali untuk mengunjungi negara mereka, which is sebenarnya mau buang-buang uang di negaranya kan ya.
Padahal saat saya berkunjung ke Kedutaan Besar Nicaragua di Brussels, staf nya ramah-ramah sekali, dengan antusias mereka bukan saja mengurus visa turis saya tapi juga sampai memutarkan video mengenai pariwisata negara mereka.
Oh well, sometimes it s really about the journey and not the destination...
Nicaragua Border |
Papan selamat datang saat kembali ke Costa Rica |
waah, pasti sudah banyak melewati border dengan jalan darat ni ya mbak Fe dan ceritanya selalu seru :)
ReplyDeletedeg degan sering nya Ru, tp kl sekarang diinget2 lagi jadi seru :)
Delete