I decided to put Marrakech as a destination of our 7th wedding anniversary this year since I have a privilege to choose where to go ( namanya juga bini pan yak :p ) namun sayangnya waktu hubby yang terbatas membuat pilihan juga jadi terbatas. We bought the ticket also in a last minutes karena istri yang berubah-ubah pikiran terus. I just want to go to somewhere warm :-)
Sampai
pada akhirnya Marrakech meninggalkan kenangan yang menyenangkan,
belum juga pulang dan kita sudah merencanakan untuk keliling
kota-kota Maroko lainnya dalam waktu dekat ini. Banyak cerita dari
orang-orang yang saya kenal betapa mereka tidak memiliki pengalaman
yang baik selama disana, semua berasal dari orang-orang lokal yang
menurut mereka kasar, resek, dan senang menipu. Bukan hanya dari satu
orang saja saya dengar cerita seperti ini, tapi di forum-forum
seperti Trip Advisor pun demikian. But
hey, we survived in India and Egypt, we ll survive everywhere, said
hubby
! Hahahaa
Saya
hanya berpesan kepada suami untuk lebih self
control then everything gonna be ok. And it worked well !
Misson Accomplished
pokoknya. Emang banyak banget ketemu pria-pria muda yang mencoba
berlaku kasar selama kita jalan menyusuri Medina dan Zouk,
dengan alih-alih membantu kita mencari jalan menuju satu tempat.
Asal tahu
saja kota tua di Marrakech itu seperti labirin yang entah dimana
ujungnya, lupakan peta dan gps lah pokoknya. Dan ketika kami responds
bahwa kami tidak membutuhkan jasa bantuan mereka, maka mereka pun
akan semakin resek lagi dan kekeh ingin membantu. Ya semua orang juga
tahu, hari gini gak ada yang gratis kan, membantu berarti wajib
memberikan uang di akhir pertolongan tersebut, belum lagi resiko
kalau ternyata kita dibawa ke tempat lain.
Mengetahui
beberapa kata dalam bahasa Arab, seperti ‘La,
Shukran’ (no, thank you)
dan bahasa tubuh yang paling berharga yaitu senyum, akanlah sangat
membantu para turis melepaskan diri dari jeratan tipu mereka. O ya
orang Maroko juga fasih berbahasa Prancis, jadi lumayan membantu
dalam komunikasi dengan mereka.
Salah satu gerbang menuju Medina kota Marrakech, di balik gerbang itu ada kehidupan yang sama sekali berbeda dengan kehidupan modern sekarang, seperti hal nya nonton film Sinbad :) |
Warna merah tanah mendominasi
kota Marrakech yang memang diberi slogan ‘The
Red City’.
Bangunan di kota tua ini memang diwajibkan untuk di cat warna merah,
jika nekat mencat dengan warna lain maka denda akan menanti. Kenapa
merah? Karena saat musim panas Marrakech bisa sangat panas sekali,
dan sinar matahari tentunya akan membuat silau dinding-dinding yang
cat nya terang dan merah bata membuat kesan yang meneduhkan untuk
mata. Teori demikian diungkapkan oleh pemilik Riad tempat saya
tinggal ketika saya tanya mengapa.
Beautiful Wedding Destination For Honeymoon. very warm and amazing places
ReplyDelete