“Not all of us can do great things. But we can do small things with great love.”
Mother Teresa
Pintu
yang tertutup tidak ada tanda2 jika Memorial House of Mother Teresa
ini terbuka untuk umum, hanya ada selembar kertas yang ditempel
di pintu namun dalam bahasa Makedonia yang entah apa artinya. Saya
beranikan membuka pintu tersebut sambil mata mencari-cari dimana
loket untuk membeli tiket masuk seperti halnya spot turis lainnya, oh ternyata tanpa dipungut bayaran.
Seperti layaknya ruang tamu yang
dibiarkan kosong melompong, demikianlah rumah peringatan Bunda Teresa
ini terlihat, ada satu kamar dengan pintu terbuka dan nampak seorang
pria yang sedang duduk bekerja, sepertinya kamar tersebut adalah
ruang administrasi, saya ucapkan selamat sore untuknya, tapi dia tak
membalas, ya sudahlah.
Di
sekeliling ruang tamu yang kosong melompong inilah nampak seonggok
tempat tidur yang diyakini milik Bunda Teresa, rosario, kain sari
yang kerap dipakainya di Calcutta, berbagai piagam penghargaan
untuknya, pigura berisi foto perjalanan hidup Bunda Teresa mulai dari
masa kanak-kanak sampai dengan saat-saat terakhir sebelum
dikebumikan.
Berada
di ruangan ini, saya masih dengan nyata merasakan aura damai dan
kasih yang diberikan oleh Bunda Teresa, tulisan tangan di dalam
lembaran surat2 tidak ada kalimat lain selain kalimat untuk saling
mencintai sesama manusia seperti layaknya Sang Maha Kuasa mencintai
kita. Cinta, cinta dan hanya cinta. You are left with this peace and
connection in your heart as if you just spent some time with her.
Bahkan
di salah satu halaman buku tamu yang memang disediakan untuk para
pendatang, di sana saya membaca surat yang ditulis oleh pendatang
asal Albania yang beragama Muslim, disitu saya membaca bahwasannya ia
dan keluarganya pun sangat bangga akan apa yang telah dilakukan oleh
Bunda Teresa. Surat yang indah.
Setelah
pulang dari Balkan, saya mulai mencari-cari percahan cerita mengenai
latar belakang Bunda Teresa dari berbagai sumber. Beliau dilahirkan
dengan nama asli Agnes Gonxha Bojaxhiu di Skopje yang dulunya masih
merupakan pecahan Yugoslavia, ayah ibu nya adalah keturunan Albania
dan sang ayah ketika Bunda Teresa berusia 9 tahun dibunuh karena
politik yang memanas antara Albania dan Yugoslavia. Karena latar
belakang yang menyedihkan itulah, setiap kali diwawancara Bunda
Teresa segan untuk menceritakan sesi kehidupannya yang satu ini.
Albania,
Macedonia dan Kosovo adalah 3 negara di Eropa Timur yang menjadi
kepingan legenda Bunda Teresa dan saya bersyukur bisa meninggalkan
jejak disana akhir Desember lalu.
Di
setiap ibukota ke 3 negara tersebut saya mendapati jalan raya utama
yang diberi nama serupa seperti Bunda Teresa , juga patung Bunda
Teresa yang sengaja dibuat supaya jasa-jasa selama beliau hidup tidak
hanya untuk dikenang, tapi juga untuk kita lanjutkan. It was humbling
to learn about her life dedicated to helping others and reminded me
that we are here to help each other.
Entah belum terpublikasi, tapi harusnya sih banyak yah, kek nya belum denger ada yang ngelaunjutin kisah beliau.
ReplyDeletewahhhh keren udah mengunjungi memorial house of mother teresa...ihir iri
ReplyDeleteMerasakan damai yang sama baca postinganmu yang ini kak. Bunda Teresa adalah ahlinya dalam urusan cinta, cinta dan cinta, ya kan! God bless you, me and people in the world. Make peace not war.
ReplyDelete*apasih comment gw yak* hihihi
@Aipy : Ada penggantinya, namanya sister nirmala joshi .
ReplyDelete@caderabdul iri tapi tak dengki kan ? :-)
ReplyDelete@Bobby Syukurlah, berarti mission accomplished :-)
ReplyDeleteMaaf OOT
ReplyDeleteBlogwallking jangan lupa kunjugin juga yaah ^^
Wah ntar may tunjukin post ini ke Mama, dia pasti langsung semangat ngajak ke sini :D
ReplyDeleteSuka ama quote nya "We can do small things with great love" itu makjleb banget
ReplyDeleteHarus bisa ke sini suatu saat nanti ^o^... Mba, aku liat tempat tidurnya mother Theresa di atas aja, duhh, lgs ngerasa damai gitu...Kecil, rapi, ngebayangin Mother Theresa beristirahat di situ... Seandainya aja semua org di dunia seperti beliau yaa...
ReplyDelete