Sepotong Cerita dari New York City









'Big Apple', 'City that never sleep', 'Concrete jungle where dreams are made'

Entah ada berapa lagu yang mengkumandangkan meriahnya kota ini, dan berapa puluh film box office dunia yang mengambil inspirasi dari semaraknya kota yang disebut sebagai buah apel besar.

Ratusan orang hilir mudik di area Times Square dengan pakaian modis dan langkah yang terburu-buru seakan-akan tak ingin tertinggal dengan detak bunyi detik dari jam yang mereka pakai di lengan. Semua serba sibuk, entah itu pagi atau malam sekalipun.

 Saya perhatikan perempuan2nya memakai sepatu dengan alas berwarna merah milik Louboutin, atau sepatu flat dengan lambang Tory Burch di pinggirnya, tak ketinggalan tas model terkini milik Kate Spade atau Coach. 
Semerbak harum wangi parfum Gucci ketika pria klimis itu melewati saya, wanginya sangat saya ingat karena parfum yang sama yang saya berikan kepada suami di hari valentine yang lalu, namun entah apa merek setelan yang dia pakai, sekilas wajahnya mirip John Legend, penyanyi africa putih favorit saya.

Yang ada di bayangan siapapun, New York itu Sex & The City, Breakfast at Tiffany's atau Gossip Girls, mewah glamor dan tak pernah tidur, kota dimana trend mode baru hadir duluan, sama seperti yang selalu saya bayangkan.

But there s always 2 sides of coin, bagaikan hidup dengan kasta di India, di New York pun demikian. Ada yang mampu setiap pagi meneguk segelas cappucino dari kedai kopi bermerek, ada juga yang sepanjang jalan mendorong troli bekas dimana di troli itulah semua barang miliknya berada. Boro-boro ngopi, mungkin dia lupa kapan terakhir kali makan roti.
Kala malam tiba, tak ada pilihan selain tidur nyenyak di depan beranda butik ternama, karena tempat penggungsian telah penuh terisi oleh tuna wisma lainnya. 




Suatu malam di bulan Desember yang dingin, saya dan suami menghabiskan waktu dengan makan malam di resto yang namanya lumayan terkenal, terletak di Times Square. 
Udara yang dingin membuat kadar lapar jadi lebih meningkat, padahal sih ini alasan saja :) , menu yang dipesan pun seperti layaknya orang kalap dan ketika semua makanan itu hadir malah bingung bagaimana menghabiskannya. 

Make it shorter, setelah selesai makan, saya panggilah sang pelayan untuk meminta tagihannya, si pelayan dengan perawakkan mirip Lenny Kravitz (serius mirip banget, rambut gimbal, badan rata, ganteng, keren) itu dengan cepat kembali ke meja dengan membawa yang saya minta. 
As you probably know, memberikan tips di USA adalah WAJIB hukumnya. Aneh ya, yang benar kan kalau kita suka dengan service maka barulah dengan sukarela kita memberikan tips, dan bukan seperti paksaan. 
Saya bertanya kepada si "Lenny" ini mengapa etiket memberikan tips sama sekali berbeda dengan arti sesungguhnya. Dan dia pun memberikan penjelasan,  bahwa dirinya digaji dari tips yang diberikan para pengunjung, karena gaji dari restoran (well, ini restoran sangat terkenal) berjumlah sangat kecil. 
Ujung-ujungnya "Lenny" pun curhat colongan, tentang bagaimana keras hidup di New York dan 1 dollar pun sangat berarti. 


Moral of the story, dont judge one destination by it looks






Etiket memberikan tips di restoran di New York:
Waitstaff - 15-20% of the total bill
Bartender - $1-2/drink for drinks served at the bar; 15-20% of the total bill otherwise
Maitre d' - $20-50, depending on circumstances and restaurant
Coat check - $1/item
Bathroom attendant - $1









11 comments:

  1. Ternyata ada juga yg mewajibkan tips, baru tau nich :)

    ReplyDelete
  2. tips dimana2 mas di Amrik, jumlahnya jg lumayan bener...

    ReplyDelete
  3. Salah satu kota paling hapenning di negara adikuasa tapi bener-bener beda dari bayangan indah film Hollywood yang ditonton yah...
    Kalimat makjleb yang betull bangett >> "Don't judge the destination by it looks" :-)

    ReplyDelete
  4. Ini nih yang sering di lihat di film-film...#mupeng

    ReplyDelete
  5. Halim : Mirip ama India dengan Bollywood nya, di TV kesannya mewah dan kaya semua, padahal aslinya terbolak bangeth:)


    Indra : hahah dejavu deh kalo disana, berasa di tengah2 shooting film beneran :)

    Fann : hahahah iya tuh penting, kl ga ngasih tips, ditagih beneran ntar :D

    ReplyDelete
  6. ternyata byk yg berusaha bertahan hidup dari gemerlapnya new york (mikir2 lagi deh kerja di us) :(

    ReplyDelete
  7. begitulah hidup. restonya sangat terkenal, tapi bayaran utk pelayan sangat kecil. satu dollar yang sangat berharga :)

    ReplyDelete
  8. Oooo kalau di sana diwajibkan ya ngasih tips, kirain gak...aku scroll ke bawah, kirain akan ada foto tuna wisma di NY :)

    ReplyDelete
  9. hi kak, ak suka bgt baca blog kaka.. Senangnya sudah hampir memgililingi dunia :)
    Natal tahun aku ada rencana mau ke NYC, keluarga besar, total 6 dewasa dan 2 anak.
    Ittinerarynya gimana ya kak,ada saranchotel yg lokasinya cukup oke dengan harga yg masuk akal? Mgkn ga murah tp masih bisacditerima akal sehatlah.. Lol. *ngebayangin harganya The Plaza*

    Peggy.
    Jakarta

    Terimakasih banyak ya kak.. Atau boleh ya aku bilang dankeeee usi hehe
    Xo

    ReplyDelete
  10. Hi Peggy, Akomodasi di New York memang bikin tongpes hhehee hotel versi melati pun bisa dapat mahal bangeth :)
    Saya terakhir ke NYC menginap di Marrakech Hotel di daerah Broadway, lumayan lah dapat 100USD per kamar, harga nya yg nyaris susah didapat.

    Namun skarang kan era nya AirBnB, coba deh kamu booking AirBnb aja, cocok untuk keluarga karena bisa buking 1 apartemen.

    Hope it helps ya

    ReplyDelete

Friends, Thank you so much for reading + supporting my blog, and for taking the time to leave me a comment.
Your comment support truly means so much to me.
Have a lovely day! xo, Jalan2Liburan

INSTAGRAM FEED

@soratemplates