#PeopleAroundUs Are You Living Your Passion ?

Selama hidup di Jakarta, jarang saya menemukan sosok-sosok pribadi yang melakoni hidup sesuai passion yang dimilikinya. Rata-rata orang bekerja karena keharusan. Harus punya gaji tetap, harus bisa makan, harus bisa melanjutkan hidup. 

Insiyur pertanian kerja di perbankan pun berjibun, lulusan teknik jadi marketing bukan hal biasa. Tak bisa disalahkan, teori & masalah ekonomi adalah penyebabnya.

Menjelang 6 tahun saya meninggalkan ibukota Indonesia karena mengikuti jejak suami untuk tinggal negaranya, sedikit demi sedikit saya mulai paham bahwa arti antusiasme hidup atau passion yang kita miliki hendaknya jangan dibiarkan mati, Life is not only about the money. 

Banyak contoh manusia hidup yang ada di depan saya berlalu lalang menunjukkan kecintaan akan dunia yang digemarinya.

Seperti bapak pemain piano ini, dari perawakkannya saya menebak usia nya mungkin lebih dari setengah abad, tiap sore dirinya hadir mendorong piano kepunyaannya, piano tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga mudah untuk didorong.

Siapa saja dapat dengan mudah menemukan si bapak di daerah tongkrongannya yaitu di Meirstraat yang adalah boulevard surga belanja paling terkenal di seantero Benelux.

Alunan denting piano yang memainkan “Symphony No 40” nya Mozart atau “Four Seasons” karya Vivaldi, membuat setiap orang yang lewat di depannya akan berhenti dan menikmati, jika punya uang lebih silahkan memberi, namun jika tidak pun rasanya dirinya tak akan memaksa.

Saya yakin dia melakukan solo performance ini setiap hari karena passion yang menggebu, ia ingin musiknya dapat dinikmati. 

Di usia pensiunnya mestinya ia bisa saja santai di rumah menikmati uang pensiun yang diterimanya dari pemerintah setiap bulan, but i m sure it s not only about the money, but his passion drives him.

-Life is short. If there was ever a moment to follow your passion and do something that matters to you, that moment is now.-