Angkutan
transportasi di NTT itu lucu, ngeselin tapi menyenangkan, deretan
kata sifat yang membingungkan? Sama, saya juga bingung karena belum
terbiasa dengan sistem transportasi umum yang biasa diterapkan di
propinsi ini.
Sebelum
saya berangkat, beberapa teman menyarankan selama saya mengelilingi
Flores ada baiknya saya menyewa kendaraan saja beserta supir nya,
tapi saya pikir kalau sewa mobil terus, bukan saja budget yang
membengkak (total traveling kali ini adalah 2 bulan) tapi juga apa
istimewa nya? Turun naik mobil dengan supir pribadi. Ah jenis
transportasi seperti ini tidak cocok dengan trip kita ini, ditambah saya masih agak2 paranoia dengan pengalaman
menyewa mobil dan supir selama di India 3 Minggu. Ada kalanya, kami
ingin teriak “leave
us alone”, tapi
karena perjanjian untuk menggunakan kendaraan sewaan beserta supir
nya telah disepakati di muka, ya apa boleh buat, suka tak suka, the
show must go on.
Oleh karena itu, untuk perjalanan overland di Flores ini, kami
memutuskan untuk hop on off dengan kendaraan umum saja, kalaupun akan
menyewa mobil tidak akan lebih dari 2 hari.
Maka
hari itu setibanya kami di bandar udara Maumere, saya dan suami
segera bergegas menuju terminal dan naik kendaraan yang katanya bis
travel menuju kota Larantuka, bentuknya bis 3/4. Ketika kami tiba dan
duduk, 2 ransel besar kami diletakkan oleh orang (yang ternyata
adalah supir dan kenek) di atas bis tersebut. Tunggu punya tunggu,
bis ini tak juga penuh. Sesekali si supir menerima telp di hape butut
nya dan dari pembicaraan sepertinya pemilik suara di ujung telpon
adalah seseorang calon penumpang, supir menyimak arah dimana ia
tinggal, setelah telpon ditutup, bis pun melaju menuju rumah si
penumpang ini. Kejadian ini terus menerus terjadi sampai dengan
seluruh bis ini penuh terisi, bahkan kalau bisa ya overloaded,
keamanan berkendara dan kenyamanan penumpang bukan masalah si supir,
rupiah yang hanya dia pikirkan. Penumpang stress udah pasti, ditambah
panas dan keringat yang menempel dari lengan penumpang kiri kanan
kami duduk. Yang ada di otak saya kala itu, pokoknya malam ini kami
harus tiba di Larantuka, karena besok pagi ritual Semana Santa akan
dimulai, dan karena event ini lah kami memutuskan untuk mengunjungi
bagian paling timur gugusan Flores ini.
Supir dan asisten nya yang sedang 'ngadem' sambil menunggu penumpang yg dijemputnya siap :) |
Jam
6 sore, bis kami baru saja berkendara kurang lebih 30 menit, masih 3
jam 30 menit lagi. Udara di luar sudah mulai bergegas gelap, entah
ada pemandangan apa di luar sana, hanya siluet pohon kelapa sesekali
bisa saya lihat dari balik jendela yang saya buka besar-besar.
Jalanan berkelok selama perjalanan dari Maumere ke Larantuka
senangtiasa menemani sehingga plastik menjadi barang yang paling
dicari penumpang yang terkena mabuk darat.
Penumpang bocah laki cilik berusia kurang lebih 9 tahun yang duduk di sebelah suami saya perlahan namun pasti mulai duduk tidak seimbang, ternyata ngantuk menghinggapnya, sambil terus menerus memangku ayam jantan yang dia bawa serta saat naik ke dalam bis. Lucu. Saya berbisik ke telinga suami bahwa saya kasian melihat bocah itu, dan suami saya pun menarik perlahan kepala si bocah untuk disandarkan di dada nya, dia pun pasrah sambil menikmati. Sesekali saya kipasi jidat dan rambut ikalnya yang basah oleh keringat.
Di
dalam bis pengap yang mulanya sangat menyebalkan, berubah menjadi
menyenangkan, alunan musik ciptaan Pance Pondaag dan Obbie Messakh
menemani perjalanan 5 jam tersebut. Sesama penumpang terlihat perduli
satu sama lain, ada ibu yang kerepotan dengan 2 anaknya yang secara
bersamaan menangis kecapaian, dan penumpang lainnya pun dengan
sukacita membantu dengan memangku salah satu anaknya.
Bukan
hanya menjemput penumpang, supir pun mengantar masing-masing
penumpangnya ke tujuan akhir mereka, tak terkecuali kami,
diantarkannya sampai di depan pintu gerbang penginapan yang telah
direservasi sebelumnya.
Ketika
kami turun, semua penumpang sambil tersenyum mengucapkan salam
perpisahan. Sweetness!
Awwww lucu ya kak bisa ada semacam "bonding" di bis yang panas nan mengesalkan :) so glad you experienced it!
ReplyDeleteIyaaah Gy, bonding di bis NTT itu keknya dengan mudah kejadian deh, beda waktu di NTB, kesel aja bawaannya hehhe
ReplyDelete