Bertandang ke Desa Kusamba, Desa Pembuat Garam Laut di Bali



Nama Desa dan Pantai Kusamba memang tak seterkenal pantai Jimbaran ataupun pantai Kuta, namun pantai yang satu inipun  tak kalah menariknya untuk dikunjungi. 

Kusamba terletak di kabupaten Klungkung, yang ditempuh kurang lebih satu setengah jam dari Denpasar jika keadaan jalan lancar, jika Anda mengendarai motor / mobil sewaan tak usah khawatir takut tersesat, karena papan penunjuk arah di sepanjang jalan akan menuliskan Kusamba dan ikutilah arahnya. 
Pantai berpasir hitam pekat ini adalah ciri pantai Kusamba yang membuat nya berbeda dengan pantai-pantai lainnya di seantero Bali. Para penduduknya yang mayoritas beragama Islam memiliki mata pencaharian berupa nelayan dan pembuat garam laut, dimana searah mata memandang, Anda akan melihat cadik perahu nelayan dan gubuk-gubuk sederhana tempat pembuatan garam. 



Pembuatan garam dilakukan secara turun menurun, dan proses pembuatannya pun masih sangat manual dan tradisional, persis seperti yang dilakukan oleh para pendahulu mereka. 

Hal yang paling krusial dalam taham pembuatan garam adalah sinar matahari , oleh karena itu saat musim hujan tiba otomatis pembuatan garam ini pun tertunda. 
Air garam yang diambil dan digotong langsung dari laut pada awal proses pembuatannya diletakkan di dalam batang-batang pohon pisang yang telah dipotong menjadi 2 bagian, lalu dibiarkan sampai menjadi kristal. 

Air laut yang mengkristal itu pun kemudian dihamparkan di ladang rata dan kembali disiram air laut lalu kemudian dibiarkan menjadi kristal yang mengeras dengan bantuan panas alami sinar matahari.











Saya sempat bertemu dan bercakap dengan salah satu pembuat garam laut ini, beliau saat saya jumpai sedang asyik duduk di bawah pohon kelapa karena memang udara panas yang cukup terik saat itu.
Sang bapak berujar bahwa dari ratusan kepala keluarga yang dulunya melakukan usaha pembuatan garam ini, hanya tertinggal 25 orang kepala keluarga saja yang masih aktif. Menurut beliau, usaha ini memang tak mudah dan sangat berat, ditambah lagi harga garam per kilo nya dijual dengan sangat murah. 

Namun demikian, sudah mulai banyak restoran-restoran terkenal di Bali yang membeli langsung garam melalui dirinya, sehingga otomatis setiap bulannya beliau menerima uang tetap dari resto-resto tersebut yang biasa membeli 100 kilo garam untuk kepentingan dapur mereka. 










7 comments:

  1. Nice post, Feb ! Interesting yach tempat pembuatan garamnya. Sayangnya panas banget di sana, serasa hampir kena heat stroke, hihihi

    ReplyDelete
  2. Interesting point of view! Keren ah!

    ReplyDelete
  3. Thanks Debb, for the recommendation :)

    ReplyDelete
  4. Aggy : terima kasih :)
    i m glad i made it - the journey to Bali with different kind of places to visit - something new :)

    ReplyDelete
  5. Aku seorang guru, tiap tahun selalu mengantarkan murid-muridku jalan-jalan ke Bali. Biasanya mereka hanya pergi ke tempat-tempat wisata yang dinikmati keindahan alamnya saja, baru tahu tempat pembuatan garam ini deh! Aku akan mengajak murid-muridku ke sini, selain berwisata mereka pasti juga mendapatkan ilmunya! Thanks ya, sangat bermanfaat infonya! I like this ..

    ReplyDelete
  6. aku juga beberapa kali kesana itu dipake bukan batang pohon pisang tapi batang pohon kelapa ^^

    ReplyDelete

Friends, Thank you so much for reading + supporting my blog, and for taking the time to leave me a comment.
Your comment support truly means so much to me.
Have a lovely day! xo, Jalan2Liburan

INSTAGRAM FEED

@soratemplates