Cerita Belgrade: Pada Suatu Pagi di Hari Minggu

Cinta pada pandangan pertama nampaknya tidak terjadi pada saat kaki ini mendarat di tanah milik negeri Serbia, berbeda rasa saat saya berada di Kroasia, Montenegro bahkan Bosnia yang notabene adalah negeri kakak adik ketika mereka semua masih dalam satu keluarga negara, Yugoslavia. 

Tidak cinta bukan berarti tidak sayang, keinginan untuk mengeksplor lebih banyak lagi setiap sudut kota Belgrade, justru lebih besar. Gak mungkin banget masa kota ini gak ada cantik-cantiknya sih, gak mungkin aja saya pikir.

Maka pagi itu di hari minggu yang sepi, saya bangun tidur lebih cepat, prepare my self, grab the camera dan berangkat menuju pusat kota Belgrade. 

Ketika arsitektur bangunan dan interior gedung di kota Belgrade ini tidak membuat saya berdecak kagum, justru saya melihat keindahan dari aktifitas para penduduknya di pagi hari minggu itu. 

Jurnalis dan Cameraman siap di beraksi melaporkan berita minggu pagi untuk TV Nasional Serbia di tengah jalan utama kota Belgrade

The more that you read, the more things you will know. Pastinya pemandangan seperti ini jarang ditemukan lagi di kota asal saya, Jakarta, karena masing-masing individu nya lebih tertarik memainkan jari mereka di atas layar kecil smartphone daripada membalikkan setiap lembar halaman pada buku , majalah ataupun koran. 

I love this old man since the first time i saw him, duduk tenang di depan plataran gereja Orthodox, St Mark's Church pagi itu, sambil memberikan makanan untuk burung-burung merpati liar yang tiba-tiba mengerumuni nya.  Situasi lokasi gereja St Mark memang menyenangkan, dikelilingi taman dengan pohon rindang, membuat siapa saja betah duduk-duduk disana.

Aura wajah si bapak yang teduh sambil tersenyum sendiri menikmati apa yang dia lakukan membuat hati saya menjadi sangat hangat dibuatnya

Sekali lagi mata dan lensa kamera saya menangkap pemandangan yang satu ini, 4 orang pria dengan sekitaran umur yang sama duduk-duduk di bawah pohon, entah apa yang mereka ceritakan, mungkin kegiatan yang mereka lalui sepekan silam.

Secangkir kopi, matahari pagi, dan teman untuk berbagi : paket yang sempurna

Sepertinya bapak ini tidak mengenal hari minggu, di saat orang lain menggunakan hari minggu untuk bersantai dan bercengkerama, beliau justru harus bekerja memasarkan puluhan kilo terung, paprika, tomat dan lainnya, demi kelanjutan hidup di hari-hari selanjutnya.

Berkeliling mengamati wajah-wajah manusia dan memerhatikan kehidupan mereka yang laid back di kota Belgrade memang tak ada habisnya, ternyata kecintaan saya akan kota ini akhirnya tumbuh juga walaupun perlahan, 

Selang beberapa jam saya mengelilingi kota Belgrade dengan berjalan kaki, perut ini pun berontak minta diisi, jadilah saya mampir di suatu cafe kecil yang menjual pizza untuk sarapan pagi. Ya benar sekali, di negeri Balkan, ritual makan pagi dengan menu Pizza jamak ditemui. 

Ketika saya masuk, 8 bola mata memandang saya dari atas sampai bawah, ah sudah biasa dipandang seperti itu, rambut hitam pekat & wajah khas Asia yang saya miliki memang jarang terlihat di kota ini. 

Pemilik ke 8 bola mata itu sedang asyik mengobrol sambil sesekali tertawa lepas, dari raut wajahnya, mereka berkisaran umur 65-70 tahun-an. Tidak nampak di depan meja secangkir teh ataupun kopi melainkan satu sloki Brandy (Slivovitz/Slivovitsa) untuk setiap orangnya, bukan..bukan karena mereka alkoholik, tapi begitulah ritual para pria setiap pagi, meneguk sesloki Brandy untuk mengawali hari.

Ingin sekali saya mendengar apa yang mereka bicarakan, namun sayang lagi-lagi bahasa menjadi rintangannya. 

  
Related Post: Traditional Market in Belgrade, Serbia