Coffee Luwak with Specta View |
For English Version, Pls Scroll Down
Latar Belakang Kopi Luwak
Kopi
Luwak sebenarnya sudah dikenal sejak jaman kolonial Belanda, ketika
para petani mengalami masa tanam paksa perkebunan kopi di seluruh
Indonesia 350 abad silam.
Kopi
pada kala itu hanya di konsumsi oleh kalangan bangsawan saja. Para
petani yang ingin juga mencicipi kenikmatan kopi Indonesia terpaksa
harus menggunakan cara lain yang tak lazim, yaitu mengambil sisa-sisa
biji kopi yang berasal dari feses luwak.
Biji
kopi tersebut di bersihkan, kemudian di masak menggunakan peralatan
sederhana, baru di jadikan bubuk dan diminum. Ternyata kopi yang
berasal dari feses luwak ini memiliki rasa yang berbeda dan luar
biasa. Kedahsyatan rasa kopi luwak ini mulai terdengar oleh Belanda,
dan kemudian menjadi minuman kopi khusus para bangsawan saja pada
jaman itu. Saat ini kopi luwak sudah mulai populer kembali, hingga
kopi luwak mendapat julukan “ The Most Expensive Coffee in the
world“.
Kopi
luwak mulai jadi pembicaraan di seluruh dunia sejak kemunculan nya di
acara Oprah Winfrey Show dan yang paling anyar adalah aktor kenamaan
Jack Nicholson yang selalu minum kopi luwak di film Box Officenya
tahun 2008 lalu bersama Morgan Freeman yang berjudul The
Bucket List.
Mulai
saat itu semua orang banyak yang mencari Kopi Luwak Asli Indonesia.
Bali Pulina - Tegalalang,Ubud-Bali
"pak, antar kami dong lihat2 Bali dari sisi yg berbeda" ujar saya kepada supir mobil sewaan yang selalu setia menemani kami setiap kami berlibur ke Bali. Si supir menjawab "mbak dan mas nya suka kopi luwak tak? saya tau tempat pengelolaan kopi luwak tersebut mbak, letaknya di Tegalalang, Ubud"
"ok pak..let s go!!" jawab saya.
flyer of Bali Pulina |
entrance ticket to the tegalalang region |
Saya sendiri sebenarnya bukanlah peminum kopi, tapi nama kopi luwak yang terkenal di dunia membuat rasa penasaran bagaimana seluk beluk pembuatan kopi yang terbuat dari kotoran hewan luwak ini.
Setibanya kami di Bali Pulina, seorang anak muda asli Bali menyambut dengan ramah khas pulau Dewata. Dia memperkenalkan diri dan mulai mengajak kami berkeliling kebun luas yang ditanami beragam tanaman mulai dari pohon coklat, pisang, pepaya sampai dengan pohon vanila dan bermacam2 rempah-rempah.
Sesekali Mr Husband memberikan sedikit pengetahuan tambahan kepada si guide muda ini mengenai nama-nama latin dari tanaman2 yang ditunjukkan oleh si guide ini, "impress your next customers with your new knowledge of latin name from all of these plants, i ll write for you in paper" kata Mr Husband yang disambut sangat antusias oleh si guide :-)
Yep, kebetulan Mr Husband sedikit banyak tahu mengenai plantation - si guide pun berlari mengambil tas berikut kertas dan pena siap untuk menerima kursus singkat dari tamunya :)
mr husband gives a short lesson to the guide about the plantation names in latin |
Kami pun dibawa menuju proses pembuatan kopi luwak tsb.Mulai dari melihat langsung seperti apa hewan bernama luwak (Civet) , lalu memberi makan mereka, kotoran yang telah dikeringkan - disangrai - lalu ditumbuk dan disaring.
Sang guide muda yang ramah ini masih terus menjelaskan dan sesekali menawarkan kami untuk mencoba menumbuk biji-bijian calon kopi tsb.
Pada akhir tur ini, kami para pengunjung diberikan dengan cuma-cuma atau gratis beraneka ragam jenis teh dan kopi, seperti teh jahe, kopi gingseng, teh lemon, kopi vanila, kopi bali dan tentu saja last but not least secangkir kopi luwak (untuk kopi luwak dihargai Rp 50.000 per cangkirnya - worth to try though)
|
a tray full of different kind of coffees and teas |
hot dark chocolate stirred with cinnamon |
Saat ini Kopi Luwak sangat dengan mudah ditemukan di toko-toko souvenir sebagai salah satu buah tangan yang wajib dibeli dan dibawa pulang. Packaging nya pun sangat menawan dan banyak pilihan.
Luwak Coffee and its packaging for a souvenir |
If you have an opportunity to stay in Ubud or have a day trip to Ubud, then make sure to stop over
in this civet coffee production.
This is a must stop attraction for a
coffee lover or a simply plantation lover.
As
you probably know, the most expensive coffee in the world is civet
coffee or we called it Kopi Luwak. How expensive the coffee? Well, i
saw the price in Brussels coffee shop for 1 small cup of kopi luwak
is €15.
While
you are at the farm the local guide will explain you how this kopi
luwak has made, to see arabica and robusta coffee being grown, eaten
by the civit cat, harvested, hand roasted and hand ground.
In
the end of your journey, you will be given the opportunity to try
different locally grown and flavored coffees for FREE.
If
you want to try Luwak coffee it will cost 50,000 rupiah ($5.00 AUD
approx).
The view of the tiered rice fields are fantastic, I felt
like we were in the most beautiful spot, overlooking tiered rice
paddys.
Highly
recommended stop.
Bali Pulina
Address: Banjar Pujung Kelod, Tegalalang, Ubud
Bali
nice article!
ReplyDelete