Desa Kuno Khas Belanda di Zaanse Schans |
Negeri Belanda bisa dibilang banyak membangkitkan banyak nostalgia untuk saya dan keluarga, saya pertama kali mengunjungi negara ini di akhir tahun 80an dan beberapa kali kemudian setelahnya. Banyak handai taulan yang tinggal di negara ini salah satu alasan saya kerap kali berkunjung kesana bersama orang tua.
Di negara ini juga ayah saya dimakamkan, kakak saya tahunan bertugas di maskapai Garuda Indonesia di Amsterdam, dan kakak yang lain dan keluarganya yang juga tinggal di negara ini. Jadi rasanya tidak berlebihan jika mengatakan bahwa Belanda memberi banyak kenangan.
Zaanse Schans |
Percintaan dan jodoh kembali membuat saya tinggal bersebelahan dengan Belanda sehingga frekuensi saya mengunjungi negeri ini kembali tidak terhitung, mulai dari belanja makanan khas Indonesia, jumpa keluarga dan teman sampai playing tourist ke tempat yang belum pernah saya kunjungi.
[ read here : Pesona Destinasi Kota-Kota Belanda Selain Amsterdam ]
Jika ditanya 3 hal spot wisata di Amsterdam dan sekitarnya yang akan langsung didatangi para wisatawan Indonesia, mungkin bisa saya jawab ketiga hal tersebut adalah: Volendam, Zaanse Schans dan Red District, ya ditambah ekstra satu spot lagi deh : Sex Museum.
Entah ada apa dengan para wisatawan ini, penasarannya kok sama selangkangan semua sih, red district yang adalah area prostitusi legal di Amsterdam dan juga Sex Museum yang ada di Damrak, yah mungkin dulu pas pelajaran Biologi sering madol kali ya :)
Zaanse Schans |
Seperti yang saya bilang diatas sampai saat ini Belanda sendiri banyak spot yang sebenarnya belum pernah saya datangi, salah satunya adalah Zaanse Schans, memang sungguh memalukan karena Zaanse Schans selalu jadi spot pertama dalam itinerary, oh well better late than never jadilah saya pun mengunjungi wisata ini di hari-hari terakhir musim dingin yang lalu.
rumah-rumah penduduk khas Belanda di Zaanse Schans |
Kincir Angin di Zaanse Schans |
Zaanse Schans seperti open museum yang menggambarkan suasana desa asli Belanda dulu kala, ada 8 kincir angin besar yang masih beroperasi ( dulunya sampai ada 600 kincir angin lho ) dan bisa kita lihat masuk bagaimana di dalamnya, beberapa rumah berdesign interior kuno khas Belanda, dan berbagai macam museum, seperti museum pembuatan klompen, coklat, keju, herbs yang diambil saat masa koloni dan tentunya toko-toko suvenir.
Museum pembuatan klompen di Zaanse Schans |
NOTE :
Berapa harga tiket masuk ke Zaanse Schans ?
Masuk ke area nya adalah gratis, tapi jika kamu ingin melihat masuk ke dalam kincir angin baru deh dikenakan tiket, tapi tidak mahal kok, sekitar €5 per orang dewasanya.
Bagaimana mengunjungi Zaanse Schans dari Amsterdam?
Ada beberapa sarana transportasi seperti taxi, bus dan kereta.
Bus : Dari belakang gedung stasiun Amsterdam Central, ada bus jurusan Zaandam no 391, biasanya di dalam bus ada monitor petunjuk arah dan akan tertulis kapan tiba di Zaanse Schans.
Kereta : Dari stasiun Amsterdam Central, naik kereta jurusan ZaanseKoog-Zaandijk, lalu lanjutkan berjalan kaki sekitar 15 menitan melewati desa Zaanse Schans.
Kalau malas jalan kaki ya enakkan naik bus sih ya karena berhenti pas di depan Zaanse Schans nya.
Entah gw jatuh cinta sama poto-potonya atau sama cerita di bagian awal tulisan ini Fe. Indah banget postingannya... <3
ReplyDeleteThank you Dan..
Deleteklo liat belanda, yudi selalu kepengen ke sana untuk liat dua hal.. Museum (including rumah snock hurgronje) dan red distrik wkwkwkw
ReplyDeleteorang Aceh teteupp ya nyari nya red district :-)
DeleteItu tempat bikin klompen menarik tuh ... walopun aku ga ngerti kenapa orang2 sana suka pakai sepatu model gitu ya.. keras aja sih soalnya.. aku punya 1 di rumah, oleh2 dari mama mertua, tp ya ujung2nya disimpen doang :D.. mau dipake kemana lagian ;p
ReplyDeleteklompen sekarang emang udah jadi suvenir aja sih :)
DeleteKak .. kamu lahir nya dimana ???? #Kepo, kok banyak yg di belanda hahaha
ReplyDeletehayo dimana? :d
Deletekincirnya keren
ReplyDelete