
(Tulisan
berikut tayang di Majalah Cleo - Edisi Bulan Juni 2013)
Ulah
orang lokal demi mendapatkan keuntungan dari turis dengan cara
merugikan beberapa kali sempat saya alami saat traveling. Walaupun
sedemikian kita berhati hati dan tak lengah, bad
luck
kadang tidak bisa dihindari.
Seperti
saat berada di Luxor, Mesir, saya ingin sekali naik delman keliling
kota saat sore tiba karena Luxor adalah kota yang sangat indah dan
kaya sejarah, dimana-mana yang kita hanya lihat layaknya museum di
ruangan terbuka di sepanjang sungai Nil.
Namun
karena sebelumnya sering membaca pengalaman turis yang tidak
mengenakkan membuat saya agak maju mundur untuk melakukannya, do
it or not do it.
Sore
itu, keinginan saya tidak bisa dibendung lagi, saya hentikan caleche
yang adalah sebutan delman di Mesir, kebetulan supir caleche itu
menawarkan diri untuk mengantarkan saya mengelilingi kota Luxor.
Proses tawar menawar saya lakukan dengan hati hati sekali sampai
akhirnya supir caleche setuju di angka harga 50, saya pastikan bahwa
50 dengan mata uang Egyptian Pounds dan bukan mata uang manapun.
15
menit pertama telah berjalan, si supir dengan ramah menjelaskan
mengenai apa-apa saja yang kita lewati, tidak terbersit sedikitpun
jika sebenarnya dia telah merancang sesuatu di akhir perjalanan.
Namun feeling
saya mulai tidak enak saat si supir menawarkan saya singgah dan masuk
ke toko yang menjual papyrus, saya sampaikan bahwa saya tidak
tertarik karena saya sudah punya koleksi papyrus yang saya beli
sebelumnya di kota Kairo.
Si
supir berperawakkan hitam berkumis ini tidak menggubris apa yang saya
katakan sama sekali, bukannya menjalankan kuda untuk melanjutkan
perjalanan, dia malah duduk diam seakan tidak perduli, raut wajahnya
juga mulai berubah, terlihat lebih ganas , berbeda saat saya pertama
kali melihatnya.
Ok lah saya turun dan masuk ke toko itu, tentu saja
saya tidak berbelanja di toko tersebut karena memang tidak minat.
Kembali saya naik ke kursi caleche dan meminta untuk langsung saja
kembali ke hotel.
Supir
caleche ini bukannya mengantar saya kembali ke depan gerbang hotel,
dia membiarkan saya turun sekitar 200 meter dari gerbang, saya
berikan 50 Egyptian Pounds sekaligus mengakhiri trip ini. Ternyata
seperti niat dia dari awal yang ingin menipu saya, dia sampaikan
bahwa tidak pernah ada persetujuan membayar dengan jumlah 50 Egyptian
Pounds (Rp.70.000,-) melainkan 50 British Poundsterling
(Rp.750.000,-).
Hah?
Emangnya ini di London pakai Poundsterling? Tentu saja saya tidak
setuju.
Si
supir memanggil teman-temannya untuk mengerubungi saya, tak pelak
saya pun memanggil security hotel yang nampak dari kejauhan dan saya
tinggali mereka semua sambil sedikit berlari. Menurut cerita dari
beberapa turis di hotel, mereka pun sering mendengar cerita yang sama
dengan apa yang saya alami.
Lesson
learned.
Inilah bagian dari suatu perjalanan, kadang kelemahannya justru
terletak di manusia nya itu sendiri, jangan menyerah apalagi kapok,
masih banyak manusia baik di luar sana menunggu untuk bersama kita
berinteraksi.
Bener banget, scams are everywhere. Kalo ketakutan terus ya ga berani kemana-mana donk :)
ReplyDeletebetul bgt Deb :)
ReplyDeleteini modus kayak gini kenapa mendunia banget ya? hampir dimana2 ada modus bawa turis ke toko ya? tapi itu gimana caranya nipu pke mata uang beda? memangnya british poundsterling laku disana gitu?
ReplyDeleteMungkin karena easy tips buat mereka jg kali yah, setiap bawa tamu dapet deh persenan dr toko :(
ReplyDeletekrn Mesir bekas jajahan Inggris, dan kebetulan jg nama mata uang mesir itu Egyptian Poundsterling, so ya mereka suka gunain ini untuk scam. namanya jg scam ya, yg ga masuk akal lah:(